Jumat, 11 Maret 2016

11. KASIH KARUNIA ITU RAHASIA KEKUATAN KITA (Menghasilkan Buah Roh)





(Note: Artikel ini adalah bagian dari buku 'MEMAHAMI KASIH KARUNIA ALLAH" versi pdf. Dapatkan buku itu selengkapnya secara gratis di https://drive.google.com/file/d/0B6JezydT9drrSzN1UEQtSHJ4eVU/view?usp=sharing)



Satu hal yang menyedihkan, di kebanyakan gereja Kristen di Indonesia bahkan di dunia, pola rohani yang dikembangkan ialah “bekerja keras menyenangkan hati Tuhan”. Fokus ajaran para pendeta setiap minggunya ialah apa yang harus kita lakukan untuk Tuhan, supaya kita berkenan di mata Tuhan, supaya kita layak di hadapan-Nya.

Bergerak dari pola rohani ini, maka terus menerus yang ditekankan kepada jemaat ialah ketaatan, ketekunan beribadah, kerelaan membayar harga, kewajiban mengembalikan persepuluhan, kewajiban melayani, ketaatan pada pemimpin, bersedia masuk melalui jalan sempit, harus begini dan begitu, dengan satu kesimpulan: barulah kita akan dimahkotai dengan keselamatan sorga. Ringkasnya, segala perintah dan kehendak Allah, itulah yang terus menerus disampaikan dan dituntutkan kepada jemaat. Saya tidak berkata itu semua bukan kehendak Tuhan. Itu semua kehendak Tuhan! Tapi saya sedang membongkar kesalahan pola rohani yang melatarbelakangi para pengkhotbah tentang hal-hal itu. 
 Sederhananya begini: Ada seorang Mama hendak pergi ke pasar. Ia berpesan kepada pembantu untuk mengurus anak kesayangannya yang masih balita, supaya anak itu diberi makan, mandi, jangan main kotor, dan lain-lain. Setelah si Mama pergi, datanglah si pembantu mendudukkan anak itu dan membeberkan semua perintah si Mama: “Kamu gak boleh nakal ya, kamu harus makan, harus mandi, nggak boleh main kotor. Itu perintah Mama. Kalau kamu melawan, awas loh, ntar si Mama pukul kamu. Mama itu kalau mukul sakit loh.” Sepintas, pembantu itu benar. Tetapi jika dianalisa secara psikologi, ada yang berubah atau hilang disitu. Yang hilang ialah kasih si Mama. Cara penjelasan Pembantu itu membuat pernyataan-pernyataan si Mama telah berubah menjadi peraturan hukum yang menimbulkan ketakutan di hati si anak. Si Pembantu tidak dapat melukiskan motif  yang sebenarnya, bahwa semua pernyataan si Mama ialah karena ia sangat mencintai si anak.

Itulah sebabnya mimbar jauh dari berita kasih karunia, jauh dari pemahaman Injil Kristus yang sesungguhnya. Bahkan banyak tudingan dari orang-orang Kristen kepada pengajaran kasih karunia sebagai pengajaran sesat. Menurut mereka, pengajaran semacam itu meninabobokan jemaat. Itu susu, kata mereka, sedangkan jemaat membutuhkan makanan keras. Dalam pikiran mereka, “makanan keras” adalah khotbah-khotbah yang ketus, yang sinis, yang mengintimidasi dan menekan jemaat untuk terus berbuat dan berbuat dan berbuat, untuk mencari perkenanan Tuhan.

Tetapi kita akan mengerti sekarang bahwa ternyata pola rohani semacam itu terbalik dengan Injil Yesus.

Dengan pola rohani semacam itu, yang terbentuk ialah iman jemaat kepada kepastian keselamatannya sangat lemah. Mereka kurang percaya bahwa mereka telah selamat sekalipun mereka telah percaya Yesus. Mereka berjuang keras mengerjakan segala perintah itu karena mereka ingin memastikan keselamatan itu bisa mereka peroleh. Tanpa mereka sadari, mereka terjebak di dalam atmosfir Taurat, yang mengharapkan keselamatan dari perbuatan. Mereka memang mengerjakan firman, tapi di alam roh, Allah menemukan mereka seperti kaum rodi. Sungguh jauh dari impian-Nya, dimana yang Ia inginkan ialah anak-anak-Nya yang ceria, yang kagum dan bangga kepada-Nya, yang melompat-lompat girang dan bersorak-sorai penuh sukacita karena kebaikan-Nya yang ajaib, sehingga ketaatan yang mereka hasilkan pun berasal dari kasih akan Dia.

Selain iman akan kepastian keselamatan yang lemah dan tergerus, pola rohani semacam itu pada faktanya menimbulkan dampak yang buruk di dalam gereja. Sadar atau tidak, jemaat akan berlomba-lomba menunjukkan kesalehannya di depan manusia, khususnya di depan pendeta, supaya ia dipercaya untuk melayani. Dalam bahasa sehari-hari, gejala ini disebut “mencari muka”. Ada roh persaingan antar sesama pelayan, beradu pengaruh. Begitu pula, akan mudah terjadi kebiasaan saling menggosip dan mencibir di antara jemaat. Roh persaudaraan sangat rapuh di bawah naungan hawa semacam itu.   

Pola rohani itu juga akan melahirkan akar kesombongan rohani dan rasa gagah, khususnya di kalangan mereka yang merasa sudah mengerjakan kehendak-kehendak Tuhan. Ketika mereka telah ditunjuk sebagai pelayan tertentu di gereja, akar itu segera berkecambah dan makin lama makin tinggi. Mereka membangun gambaran diri sebagai “Hamba Tuhan” di dalam pikirannya, dalam pengertian “Hamba Tuhan di hadapan orang biasa/orang berdosa”. Dan selanjutnya yang orang awam rasakan dari mereka ialah pancaran perasaan lebih gagah, lebih mulia, daripada orang berdosa di hadapannya. Orang yang kurang “rohani” sangat tidak nyaman duduk di dekat mereka. Karakter mereka, tanpa mereka sadari, memancarkan intimidasi.

Adapun jemaat yang tidak seberhasil mereka dalam hal menjalankan disiplin rohani yang dituntutkan itu, umumnya akan bersikap berpura-pura rohani, supaya mereka tidak disingkirkan dari lingkungan pengaruh. Di gereja, mereka terlihat kudus. Tapi manakala anda melihat mereka di pasar, anda akan melihat banyak dari mereka memiliki cara hidup yang tidak ada bedanya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan.

Selebihnya adalah jemaat yang tetap merasa berdosa dan tidak layak di mata Tuhan. Mereka sadar bahwa mereka belum dapat menjadi pelaku kehendak-kehendak Allah seperti yang tiap hari minggu dikhotbahkan. Mereka tidak ingin bersandiwara sok rohani di gereja, karena hati nuraninya. Jadi mereka hanya duduk di belakang, sebagai pendengar, dalam perasaan bersalah. Tak ada perkembangan rohani yang baik di dalam mereka.

Seperti itulah umumnya atmosfir kerohanian yang terjadi di banyak gereja kita. Semua itu menimbulkan keluhan dan ketersandungan bagi orang-orang yang baru belajar mengenal Tuhan.

Mengapa dampaknya seperti itu, sementara yang diberitakan ialah kehendak-kehendak Allah? Oleh karena gereja-gereja melupakan sumber kehidupan dan kekuatan rohnya yang sebenarnya.

Tentu saja kita tahu kehendak Allah, yaitu kasih dan kehidupan kudus, atau disebut juga buah Roh, dan kita tahu bahwa Dia menghendaki kita menjadi pelaku dari semua itu. Tetapi inilah yang tersembunyi bagi kebanyakan pendeta dan umat Tuhan, yaitu hanya ketika kita berakar kuat di dalam iman akan kasih karunia Tuhan, dengan sendirinya kita akan menjadi pelaku dari semua itu secara murni. Ketika kita sudah cukup memahami kedalaman dan keajaiban kasih karunia Tuhan, terbukalah mata roh kita akan kasih Bapa kepada kita, yang ternyata menjadi asal usul dari semua kehendak-Nya itu.

Sekarang kita akan singkapkan, bagaimana buah Roh yang manis dan sedap, sesuai kehendak Bapa itu,  justru hanya dapat dihasilkan oleh orang yang telah mengerti kasih karunia-Nya.

Buah Roh terasa dari perbuatan. Amen? Dari perbuatan kitalah orang dapat merasakan kasih kita, kemurahan hati kita, pengampunan kita, kelemahlembutan kita, kerendahan hati kita, kesucian motivasi kita, ketulusan kita, belas kasihan kita, dan sebagainya. Inilah buah yang Yesus cari dari hidup kita. Itulah kehendak Allah. Dengan memiliki karakter seperti inilah kita benar-benar menjadi orang Kristen yang sesungguhnya. Inilah terang itu, yang Tuhan inginkan bercahaya di hadapan dunia, agar orang-orang terhilang dapat merasakannya.

Dan, segala perbuatan manusia berasal dari hatinya. Amen? Jika perbuatan itu bukan dari hati, berarti itu hanya refleks saja. Orang melakukan aksi, maupun memberi reaksi terhadap perbuatan orang lain, semua didorong oleh hatinya.

Sekarang pertanyaan saya, dari hati yang seperti apakah buah Roh itu bisa mengalir dengan berlimpah? Dari hati yang merasa tertekan atau hati yang merasa merdeka? Dari hati yang merasa tertuduh belum layak di mata Tuhan atau dari hati yang merasa dikasihi Allah? Dari hati yang dikejar-kejar tuntutan persyaratan untuk selamat atau dari hati yang sudah merasakan indahnya keselamatan? Dari hati yang dipenuhi ketakutan masuk neraka atau hati yang dipenuhi damai sorgawi?

Jawabanya jelas: hanya dari hati yang dipenuhi damai sorgawi sajalah dapat mengalir buah Roh itu secara lancar dan manis.

Pertanyaan besar berikutnya: apakah berita yang memberi damai sejahtera sorgawi di hati manusia? Apakah berita: “kamu harus bekerja keras untuk menyenangkan hati Tuhan!”, ataukah berita kasih karunia Allah? Berita kasih Bapa?

Inilah rahasia besar yang tersembunyi itu: Hanya ketika anda berakar dalam kasih karunia, yang membuat hati anda penuh dengan sukacita dan damai sorgawi, maka anda dapat menjadi pelaku kehendak Allah dengan berlimpah-limpah. Ironisnya, rahasia besar inilah yang tersembunyi karena dipunggungi oleh banyak pendeta atau para pengkhotbah gereja di seluruh dunia! Bahkan banyak dari mereka menuduhnya ajaran sesat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar