Kamis, 13 November 2014

KASIHILAH YESUS



Saudaraku kekasih dalam Tuhan Yesus..

Kali ini, saya khusus berbicara tentang pengajar-pengajar yang kebablasan dan terjebak ke dalam legalisme.
Ada sebuah artikel yang bagus, baru saja selesai saya baca, yang berbicara tentang menjadi pelaku firman.

Ini adalah salah satu tema terpenting dalam setiap renungan kita, termasuk saya sendiri. Bolehlah tulisan saya ini disebut respon terhadap artikel itu. Dia seorang hamba Tuhan, dan saya percaya dia telah bekerja banyak untuk Kerajaan Bapa kita. Jadi saya harus memberitahu anda lebih dulu, bahwa saya menulis ini di bawah rasa hormat atas dia sebagai hamba Allah. Intisari artikelnya benar, yakni mengajak pembaca untuk taat senantiasa pada firman Yesus. Tetapi ada satu kalimat yang harus dikoreksi, yang dapat menjadi pintu bagi masuknya roh penyangkalan kasih karunia di dalam artikel itu. Ia berkata begini:
“Dapatkah Anda mengatakan bahwa karena Anda telah membuat keputusan untuk mengikut Kristus di dalam sebuah KKR, maka itu berarti bahwa Anda sudah lahir baru? Apakah itu pernyataan yang alkitabiah?”

Saya terkejut membaca bagian ini.



Penjelasan lengkapnya, ia berkata hanya dengan menaati firmanlah anda bisa dikatakan telah lahir baru, sehingga membuat keputusan menerima Yesus di KKR BELUM MENYELAMATKAN. Harus terbukti dulu, begitu kira-kira. Nah, inilah sumber persoalannya, sebab akibatnya, cara berpikir penulis menjadi sangat legalistik, mengusung injil perbuatan, yang sebenarnya bukan Injil, dan mengabaikan Injil yang benar: Injil Kasih Karunia Allah.

Mestinya dia tidak perlu lagi bertanya apakah itu alkitabiah atau bukan. Jelas itu alkitabiah. Yesus memanggil semua orang yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya, dan barangsiapa datang kepada-Nya, tidak seorangpun akan ditolak. Orang-orang yang bertobat di KKR, adalah orang-orang yang menyambut panggilan itu. (Kecuali tentu mereka yang tidak sungguh-sungguh bertobat dan hanya ikut-ikutan saja dengan teman di sebelah). Jadi, sangat Alkitabiah!

Saudaraku..
Sumber keselamatan kita bukanlah karena melakukan firman, bukan ketaatan dan perbuatan kita. Inilah yang paling saya kuatirkan dari pengajar-pengajar ketaatan yang tidak mengerti kasih karunia. Sumber keselamatan kita adalah belas kasihan Yesus di kayu salib. Kita melakukan firman bukan supaya kita beroleh keselamatan, tapi karena kita mengasihi Yesus. Itu adalah buah dari kasih, dan haruslah seperti itu. Perbuatan apapun yang anda lakukan untuk Tuhan, jika tidak lahir secara alamiah dari kasih akan Dia, itu ibadah Kain.

Saudara-saudaraku di dalam kasih Yesus...

Panggilan salib yang paling dasar adalah pertobatan. Yesus telah menyediakan keselamatan cuma-cuma oleh salib-Nya. Maka respon pertama kita adalah menerimanya dengan bertobat. Barangsiapa bertobat, dia telah diselamatkan. Alkitab berkata: barangsiapa berseru kepada Yesus diselamatkan. Berseru artinya bertobat. Bertobat artinya berbalik pada Yesus Kristus. Memunggungi kehidupan lama, mengarahkan wajah pada Yesus. Bagaimana mungkin kita boleh menyangkal ini?

Tetapi anda juga harus hati-hati. Sekalipun lewat pertobatan, kita telah memperoleh keselamatan itu, anda harus tahu bahwa anda masih bisa jatuh dalam dosa. Doktrin yang berkata sekali bertobat, selamanya selamat, adalah doktrin yang diusung pengajar-pengajar kasih karunia kebablasan yang telah jatuh ke jurang ekstrimisme bernama roh Laodikia, jadi doktrin itu tidak benar. Maka anda harus hidup di dalam Yesus, senantiasa di dalam pimpinan Roh. Itu artinya anda harus taat dan menjadi pelaku firman.

Tetapi kita tidak boleh melebihi apa yang Alkitab ajarkan. Ketaatan adalah pembuktian, atau tepatnya buah, bukan upaya memperoleh keselamatan, ini batasannya.

Saudaraku....

Mengapa pengajar-pengajar ketaatan bisa kebablasan? Di awal sudah saya sebutkan, karena mereka melupakan kasih karunia.

Yesus berkata: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14 : 15).
Inilah salah satu dasar dari pengajaran kita tentang ketaatan, sehingga anda sekarang tahu, ketaatan itu ajaran Yesus sendiri, bukan dikarang-karang para pendeta. Dari ucapan-Nya itu, kita menjadi tahu siapa yang dapat disebut mengasihi Tuhan, siapa yang bukan. Dengan firman-Nya itu jelaslah bahwa tidak semua orang yang gemar berkata: aku mengasihi Tuhan, benar-benar mengasihi Tuhan.

Apakah anda masuk kategori mengasihi Tuhan? Bukan klaim anda, ketaatan atau perbuatan andalah yang akan menjawabnya. Anda tidak dapat lagi memprotesnya. Bukan saya yang menentukan definisi itu, tetapi Yesus sendiri. Jika saja saya yang membuat, saya akan berkata begini: “Setiap orang kristen yang pernah ke gereja akan selamat.” Mengapa? Sebab ada begitu banyak keluarga besar saya, baik di kota ini maupun di perantauan, yang jauh dari ketaatan. Ada yang masih suka ke dukun untuk berobat, ada yang gemar mabuk, dan lain sebagainya, meski sering juga ke gereja. Saya mengasihi mereka dan ingin mereka selamat, sehingga sekiranya definisi yang longgar bisa meloloskan mereka dari maut. Sayangnya, bukan saya, tetapi Yesuslah yang membuat definisi. Dan definisinya jelas: menuruti segala perintah-Ku!

Saudaraku kekasih dalam Yesus...

Ada begitu banyak perintah Tuhan. Tinggal dalam kekudusan, mengampuni, memberkati orang jahat, menjauhi kecemaran hati dan pikiran, dan lain sebagainya.

Ketika kita mulai berbicara tentang ketaatan, lebih-lebih ketika memberitahu daftar perintah-Nya, banyak anak Tuhan yang mengeluh lemas. Ia merasa tidak sanggup. Banyak teman datang pada saya: Pak... susah sekali ikut Tuhan... aku takut tidak selamat, aku mau selamat.. tapi berat sekali...

Mengapa dampaknya seperti itu? Beginilah hikmat Roh yang disingkapkan pada saya: kebanyakan kita, pengajar-pengajar firman, mengajarkan ketaatan dengan arah yang salah, terbalik.

Mari kita lihat lagi perkataan Tuhan kita itu:
"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”
(Yohanes 14 : 15).

Lihat, biasanya kita akan langsung fokus kepada: “menuruti segala perintah-Ku”. Kita menjadikan bagian ini sebagai pesan induk ayat itu, lalu memberitakan beberapa daftar perintah firman. Hasilnya, anak-anak Tuhan justru ketakutan, depresi, merasa tidak sanggup. Ada yang salah!

Saudara-saudaraku kekasih dalam Tuhan Yesus...

Saya bersyukur Ia menyingkapkan kepada saya letak kesalahan itu, sehingga saya sendiri dibebaskan dari jerumus roh legalisme tanpa menjadi seorang jemaat Laodikia.

Dalam kalimat-Nya itu, pesan induk Yesus BUKANLAH: “lakukanlah firman!”, melainkan: “kasihilah Aku!”
Siapakah yang dapat melakukan firman jika dia tidak mengasihi Yesus? Dengan kekuatan apa anda dapat mengerjakannya? Dengan kekuatan yang bernama “keterpaksaan” atau "memaksa diri"? Banyak orang mengajarkan seperti itu. Adakah kekuatan tak tergoyahkan di dalam “keterpaksaan”? Atau kalaupun anda sanggup, apakah anda yakin bahwa Allah dipuaskan olehnya?

Tahukah anda apa yang dilakukan Kain? Dia memberi persembahan kepada Allah! Dia berkorban. Dia melakukan ibadah yang benar, pekerjaan yang baik, tindakan yang kudus. Tapi lihat, Allah menolaknya. Mengapa? Orang naif berpikir: Allah pilih kasih, atau : Allah pada dasarnya tidak suka pada Kain, atau: Allah tidak suka hasil pertanian (Kain itu petani), melainkan daging sembelihan (Habel itu gembala ternak), dan lain sebagainya. Bukan karena semua itu!

Allah tidak haus pada persembahan dan ibadahmu. Allah tidak lapar dengan kebaikanmu. Allah menolaknya, karena Ia tidak merasakan luapan kasih dari pekerjaan Kain. Kain "memaksa diri"nya, bukan dari sorot mata yang berbinar-binar oleh cinta. Ia menaati Allah dengan roh yang di hadapan Allah berbunyi: "Lihat Tuhan, aku telah menaati perintah-Mu, supaya hati-Mu puas dan senang. Perhitungkanlah hal ini untuk membalasnya kepadaku 30, 60 atau 100 kali lipat."
Dan..... Tuhan menolaknya.

Juga lihat apa yang dikerjakan Marta ketika Yesus datang ke rumah mereka. Ia sibuk dan sibuk dan sibuk, mengerjakan segala hal untuk berusaha meyakinkan Tuhan, bahwa dirinya seorang yang taat dan baik. Tuhan juga menolaknya.

Orang-orang yang berbuat ketaatan dan kesalehan sebagai upaya untuk membuktikan kepada Tuhan bahwa mereka orang yang patuh dan tidak melawan, sama sekali tidak memuaskan Tuhan. Andai saja anda tahu, betapa Allah itu adalah KASIH. Ia sangat sensitif dalam menangkap segala motif yang paling halus sekalipun dari semua perbuatan kita.

Ada seorang gadis. Dia ingin menikah dengan pacarnya yang sangat ia cintai. Lalu niat itu mulai dikonsultasikan si gadis kepada orang lain, katakanlah tantenya. Pertanyaan pertama dari si tante tentu: Serius kamu mau kawin dengan dia? Pertanyaan menguji ini biasanya akan menimbulkan dampak kecut hati, besar atau kecil. Lalu si tante mulai membeberkan fakta-fakta dalam rumah tangga, tentu supaya si gadis tahu dan tidak buta. “Setiap hari kamu akan memasak di dapur, mengurus rumah, menyuci baju, piring-piring kotor. Kamu akan berhadapan dengan sifat-sifat buruknya yang tersembunyi, kamu harus tahu, laki-laki itu umumnya pemalas. Mereka akan membiarkan kita capek sendiri, sementara mereka tidur-tiduran santai. Mereka itu juga banyak berbohong, soal penghasilannya, soal pergaulannya di luar sana. Belum lagi kamu akan berhadapan dengan mertuamu, yang belum tentu selalu ramah. Kakak atau adik-adik suamimu akan seringkali membuat hatimu susah, kau akan letih menghadapi mereka. Banyak familinya akan memanfaatkanmu. Kau akan sering makan hati, seringkali kau akan merasa bahwa mereka memerasmu. Kau juga akan menghadapi ini dan ini dan ini dan ini dan itu. Kalau kamu tidak sanggup melakukan semua itu, kamu tidak layak untuk kawin.

Hasilnya? Hati gadis itu menjadi ciut. Tekadnya mulai kendur. Gairahnya terintimidasi. Ia mulai merasa bahwa sepertinya ia tidak akan sanggup menghadap semua kesulitan itu. Segera ia akan berbisik di hatinya: ah... berat banget ternyata...

Tapi kalau dia datang kepada mereka yang telah menjalani pernikahan sampai puluhan tahun dan rukun-rukun saja, dia akan segera tahu apa rahasianya pernikahan jadi langgeng. Dengan terbuka mereka akan cerita: CINTA. Cinta akan membuat semua beberan fakta itu tidak terasa berat.

Cintalah alasannya mengapa seorang ibu rela bangun jam tiga pagi dikala bayinya menangis, meski ia sangat lelah mengantuk. Cintalah alasannya mengapa seorang ayah sanggup terjun ke sungai deras menyelamatkan anaknya yang terseret arus, meski ia tidak terlatih berenang dan terancam ikut mati. Cintalah alasannya mengapa ada kisah mengharukan sejenis Romeo dan Juliet, Sampek dan Eng Tai, yang berakhir sehidup semati.

Tidakkah itu yang Tuhan Yesus ungkapkan dalam firman-Nya? Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Dengan kalimat lain Tuhan kita sedang berkata: kalau kamu tidak mencintai Aku, kamu tidak mungkin kuat menuruti segala perintah-Ku. Jadi pesan utama perkataan-Nya bukanlah: lakukanlah perintah-Ku, tetapi: CINTAILAH AKU, KASIHILAH AKU. Inilah yang Tuhan singkapkan pada saya.

Sobat,
“Kasih akan Aku,” itulah yang menjadi pedoman Tuhan dalam menilai semua tindakanmu. Dengan demikian, mereka yang berkata bahwa orang-orang yang dengan hancur hati datang pada Yesus di KKR belum lagi memperoleh keselamatan sebelum mereka membuktikan dengan menaati perintah-perintah Tuhan, adalah doktrin yang BUTA DAN SESAT. Peristiwa pertobatan di ladang Injil adalah peristiwa dimana orang itu datang ke pelukan Yesus Kristus! Anda harus melihatnya sebagai peristiwa saling berpeluk erat antara Yesus dengan dia! Itu adalah sebuah peristiwa cinta!

Setiap orang yang berseru dengan hancur hati kepada Yesus diselamatkan! Orang itu dipulihkan dan dibebaskan dari segala dosa!

Seseorang pernah berkhotbah: kalau kamu tidak menginjili, kamu tidak selamat! Ada lagi yang berkhotbah: kalau kamu tidak dibaptis selam, kamu tidak selamat! Ada yang berkata: kalau kamu tidak membayar perpuluhan, kamu tidak selamat!

Benarkah itu? Pertama-tama, kita tahu bahwa semua itu perintah Tuhan. Sebuah perintah dikeluarkan untuk dilakukan. Tetapi saya mau tegaskan, bahwa bukan perbuatan anda yang menyelamatkan anda, bukan pula perbuatan anda yang membuat hati-Nya berkenan padamu, tetapi “kasih akan Aku.”

Jika ada kasih akan Allah, sudah pasti orang itu terdorong untuk menggenapi segala perintah Allah. Tetapi sering kali orang keburu mati sebelum sempat mengerjakan perintah-perintah Allah itu. Andai kata semua perintah Allah dapat dikerjakan dalam satu hari, tentulah semua orang yang mencintai-Nya dapat melakukannya.

Tetapi menginjili seseorang butuh keberanian, dan untuk mendapatkan keberanian ini, anda sering kali membutuhkan waktu bertahun-tahun. Kita ingin sekali menginjili mertua kita yang jenderal itu misalnya. tapi kita sangat segan. Kita sungkan, dan kita bergumul dalam rasa itu. Kadang, baru setelah dia lumpuh di rumah sakitlah kita berani mulai menginjilinya. Itu mungkin memakan waktu belasan tahun! Jika anda keburu mati tanpa sempat melakukannya kepada mertuamu bagaimana? Ke nerakakah anda?

Ada orang yang bertobat tetapi belum sempat memberikan diri dibaptis. Dia sulit mencari orang yang mau membaptisnya. Benar loh! Di zaman agamawi ini, sulit menemukan orang yang mau membaptis anda. Selalu saja syaratnya ada: kalau kamu mau dibaptis oleh pendeta gereja kami, kamu harus jadi jemaat kami! Kalau kamu tidak mau menjadi jemaat kami, jangan harap! Persoalannya ialah, tidak semua orang ingin menjadi jemaat anda. Banyak orang tidak ingin terikat secara organisasi dengan anda.

Ada juga orang tidak sempat dibaptis karena keburu mati. Ada orang yang pertobatannya diam-diam, karena dia mungkin tinggal di tengah-tengah komunitas muslim garis keras, dan tidak ada gereja yang bisa atau berani membaptisnya.

Oh, andaikata orang bisa membaptis dirinya sendiri..... tentulah selesai semua kebodohan yang ditimbulkan oleh ego agamawi gereja-gereja ini!

Jangan suruh orang yang tersalib di sebelah kanan Yesus itu turun dulu dari salibnya untuk pergi menginjili mertuanya, memberi diri dibaptis atau membayar perpuluhan dulu barulah anda berkata: SEKARANG KAMU SUDAH SELAMAT. Tapi apa kata Tuhan tentang dia? Hari ini juga engkau bersama dengan Aku di Firdaus!

SEKALI LAGI saya harus memberitahu anda: segala perbuatan patuh yang anda lakukan itu belum tentu menyenangkan hati Tuhan.

Tuhan melihat hatimu, saudaraku. Tuhan mencari “kasih akan Aku” di dasar hatimu. Orang-orang sibuk mencari rumusan hukum perpuluhan yang paling benar: setelah potong pajak atau sebelum? Semua itu diskusi yang sia-sia. Itu diskusinya Kain-Kain rohani. “Kasih akan Aku” adalah motif yang Tuhan Yesus cari dari semua perbuatan kita. Jika kita benar-benar cinta, jangankan sepuluh persen, bahkan memberi seluruh hartapun kita pasti sanggup.

Celine Dion menyanyikan satu lagu yang sangat menggetarkan: “The Power of Love”.Bayangkanlah itu untuk Yesus, maka demikianlah yang sanggup orang kerjakan untuk Tuhan. Lihat, Nommensen adalah salah seorang dari masa lalu yang hidup seperti itu. Jauh-jauh dari Jerman yang modern, ia menyeberangi samudera-samudera ganas, lalu masuk ke Tanah Batak yang tergolong primitif, keras, gemar berperang, pemarah dan penuh perdukunan yang sakti-sakti. Secara dunia, tidak ada satupun yang ia kejar disana kecuali ancaman pembunuhan, kelaparan atau penyakit malaria. Tetapi "The Power of Love to Jesus" membuat semua itu tidak terasa masalah baginya. Ia tidak kehilangan sukacita dan tetap gigih menyebarkan Injil Yesus.

Ketika cinta kita membara dan meluap-luap akan Yesus, kita akan sanggup mengerjakan semua perintah-Nya dengan melompat-lompat gembira.

Luapan hatimu untuk Tuhan, jangan singkirkan itu, sahabatku. Tuhan melihat itu, bukan kepada besar-kecilnya perbuatanmu menurut ukuran sosial.

Paulus berkata: sekalipun aku memiliki iman yang memindahkan gunung, atau memberikan seluruh hartaku, tetapi tanpa kasih, itu hanya gong yang gemerincing, SIA-SIA di mata Tuhan. Jika saya boleh menyimpulkan maksud Paulus: tanpa “kasih akan Aku”, semua perbuatan baik dan ketaatanmu tidak ada artinya di mata Tuhan. Percaya atau tidak, terserah anda.

Dan ketika “kasih akan Aku” semakin teguh kuat, berkobar-kobar di dalam anda, apa yang tidak anda lakukan untuk Tuhan? Jangankan membayar perpuluhan menruti doktrin gerejamu, mengampuni orang jahat atau membantu orang miskin dari kelebihan kita, bahkan melintasi gunung-gunung, menyeberangi samudra buas, meninggalkan pekerjaan yang nyaman, meninggalkan bisnis yang sedang berkembang, menerobos api, membelah badai, menanggung segala hinaan orang dan caci maki, menanggung ejek-ejek dan intimidasi, bahkan menyerahkan nyawa sekalipun demi nama Yesus akan dapat kita kerjakan. Jutaan orang telah melakukannya di seluruh dunia sepanjang sejarah gereja sampai hari ini. Semua karena cinta mendalam akan nama ajaib itu: Yesus Kristus!

Kasihilah Yesus, sebab Dia sangat mengasihi saudara. Dan hanya dengan mengasihi-Nya sajalah anda dapat mengerjakan seluruh perintah-Nya dengan benar, dengan ringan dan sukacita.

Kasih itu harus anda bawa-bawa sepanjang hari, kemanapun anda pergi dan dimanapun anda berada. Itu tidak boleh tinggal di kamar doamu, atau di gereja. Kemana engkau pergi, kesanalah anda membawanya selalu. Dengan demikian, anda dapat mengerjakan perintah-Nya, untuk berbelas kasihan, untuk rendah hati, untuk lemah lembut, untuk mengampuni, untuk berbagi, kapan dan dimana saja.

Mari bersama-sama belajar semakin mengasihi Tuhan. Biasakanlah meminta urapan kasih kepada-Nya di dalam doamu. Jangan lagi sibuk-sibuk meminta berkat dan berkat dan berkat di dalam doamu. Tapi mintalah kasih dan kasih dan kasih untuk dilimpahkan ke dalam hatimu. Mari rasakan getaran hatimu dan nikmatilah airmatamu di dalam pelukan-Nya. Mari membangun hubungan yang intim dengan Dia, intim dan semakin intim.

Yesus mencintaimu, jauh lebih dalam daripada yang bisa engkau bayangkan. Haleluyah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar