Rabu, 26 Agustus 2015

PANDUAN PENGINJILAN



(Sebuah Tutorial Teknis / Praktek untuk Para Penginjil Keliling)


      Dasar

Menginjil adalah tugas setiap orang percaya, sebagaimana diamanatkan Tuhan Yesus sebelum Ia terangkat ke Sorga, tertulis di Matius 28:18-20. Jadi menginjil bukan hanya tugas orang-orang tertentu di gereja, melainkan semua orang percaya.

Ironisnya, zaman ini kebanyakan orang di gereja hanya berdoa meminta Tuhan untuk melawat, menjangkau atau menyelamatkan bangsa atau kota mereka, setelah itu berdiam diri. Ini doa yang melenceng. Sebab Yesus justru memerintahkan kita: “PERGILAH, JADIKAN SEMUA BANGSA MURID-KU”. Kitalah yang seharusnya pergi, sedangkan dengan doa tadi, kita seolah-olah berkata: “Tuhan, Engkau sajalah yang pergi, sedangkan kami biarlah hanya berdoa di dalam gedung-gedung gereja kami untuk itu.” Doa semacam itu justru membuat jemaat merasa telah mengerjakan tugasnya, sebab setelah mereka berdoa syafaat berjam-jam semacam itu di gereja, mereka pulang ke rumahnya dan tidur dengan tenteram. Sesungguhnya, doa yang selaras dengan perintah Amanat Agung adalah “berilah kami keberanian”, “ajarilah kami memberitakan Injil”, dan lain-lain yang nadanya adalah kita bersedia memberitakan Injil.


Menginjil artinya “mengabarkan Injil Yesus”. Perhatikanlah ini, sebab banyak kalangan Kristen mengira sedang menginjil padahal yang mereka kabarkan bukan Injil. Ada yang mengiming-imingi jiwa yang diinjilinya dengan berkat kekayaan, dengan maksud supaya orang itu mau; ada juga yang malah menginjil dengan cara menghakimi para pendengar dengan segala dosa-dosa mereka. Tujuan penginjil-penginjil keliru ini adalah supaya para pendengar mengikutinya atau terpikat datang ke gerejanya. Jadi perlu diingat, bahwa ketika ada motif tersembunyi di hati kita supaya orang yang kita injili mau menjadi jemaat gereja kita, maka penginjilan kita menjadi tidak murni di hadapan Allah yang menyelidiki hati.

Jadi, motif yang benar dalam menginjili adalah membawa orang itu kepada Yesus Kristus. Motif tersembunyi supaya orang itu menjadi pengikut kita atau menjadi jemaat kita adalah motif daging yang sangat halus. Motif cemar seperti itu tidak boleh ada pada kita. Perihal dimana kelak petobat itu berjemaat, apakah di gereja kita atau bukan tak perlu anda pikirkan. Roh Kudus nanti yang akan menuntun dia. Kita memang harus memikirkan pemuridannya, tapi itu bukan berarti harus diterjemahkan menjadikan dia jemaat gereja kita. Bolehkah kita mengajak dia ke gereja kita? Boleh. Malah bukan tidak mungkin ia jadi ingin berada dimana kita beribadah. Asalkan itu memang bukan tujuan tersembunyi kita dan tidak bersifat memaksa. Segala sesuatu harus kita kerjakan dari hati yang murni di hadapan Bapa. 

Apakah Injil itu? Injil adalah Kabar Baik dari sorga, bahkan Kabar Terbaik yang dapat didengar oleh manusia di kolong langit ini, yaitu kabar pengampunan dosa dan keselamatan kekal di dalam Yesus Kristus. Jadi sebelum kita mulai menginjil, kita sendiri harus paham betul apa Injil itu, supaya fokus pemberitaan kita tidak lari dari yang seharusnya.   

Fokus berita Injil adalah Yesus Kristus, salib-Nya, kasih karunia-Nya, pengampunan-Nya, dan keselamatan di dalam Dia. Fokus anda saat menginjil harus tetap pada hal itu. Sebab pada prakteknya, banyak penginjil lari dari fokus ini dan menjadi fokus pada baptisan misalnya, atau pada mukjizat kesembuhan, atau pada tanda bahasa roh, atau pada berkat kemakmuran, atau pada tuntutan perbuatan-perbuatan, atau pada yang lain. Penyimpangan fokus adalah kesalahan yang fatal. Fokus berita Injil yang benar akan melahirkan iman, dan oleh iman inilah keselamatan dari salib Golgota itu masuk ke dalam hidupnya.

Adapun penginjilan dapat dilakukan melalui metode ibadah yang monolog semacam KKR, maupun dengan metode mengobrol. Kelebihan metode monolog semacam KKR adalah dapat menjangkau pendengar dengan jumlah sangat besar. Kelemahannya, ia membutuhkan biaya besar, perizinan-perizinan birokrasi, butuh tenaga sukarelawan yang banyak, berbagai latihan panitia yang melelahkan, dan pendengar mungkin kurang fokus dimana mereka juga tak dapat bertanya hal-hal yang ingin ia ketahui lebih dalam. Sedangkan metode mengobrol memiliki banyak kelebihan, di antaranya tidak membutuhkan izin dari aparat pemerintah setempat, dapat dilakukan dimana saja, pendengar lebih fokus karena ada kontak mata langsung, pendengar lebih puas karena bisa bertanya, tidak membutuhkan biaya besar, waktunya fleksibel, tidak butuh tenaga sukarelawan, dan lain sebagainya. Kelemahannya, tidak dapat menjangkau pendengar yang banyak. Yesus sendiri memakai kedua metode itu ketika dulu bekerja di negeri Israel. Peristiwa yang disebut “Khotbah di Atas Bukit” adalah metode yang monolog, sedangkan metode mengobrol misalnya ketika Ia pergi ke rumah Maria dan Marta, perbincangan dengan perempuan Samaria di dekat sumur, dengan Zakheus, dengan Nikodemus, dan lain-lain.

Untuk penginjil-penginjil keliling yang tak punya sponsor atau organisasi ministri seperti kita, jelas metode mengobrol lebih efektif dan murah. Kita bisa melakukannya kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja. Yang penting kita kuasai dengan baik adalah materi penginjilan atau khotbah.


Mengapa Pendengar Membutuhkan Juruselamat
 
Sekarang, kita masuk ke materi khotbah Injil. 

Muatan “Mengapa Pendengar Membutuhkan Juruselamat” adalah bagian pendahuluan dari khotbah atau pekabaran kita. Inti dari pendahuluan ini adalah tentang dosa dan dampaknya. Kita bisa memilih polanya, karena ada banyak pilihan. Tetapi disini saya akan memberi rekomendasi pola yang barangkali lebih efektif. Jika anda perhatikan, banyak penginjil memulai dengan menceritakan kejatuhan Adam dalam dosa. Tetapi terlihat, memulai dari sana akan membutuhkan waktu yang terlalu panjang dan juga membutuhkan penjelasan teologis yang cukup dalam. Lagi pula membahas dosa Adam atau nenek moyang umumnya tidak terlalu menimbulkan efek terkejut, sementara tujuan dari penyampaian muatan ini adalah untuk menimbulkan efek terkejut, untuk mengguncang batu-batu pondasi kenyamanan dan perasaan gagah pendengar. Jadi lebih efektif jika anda langsung memulainya dari dosanya sendiri.

Anda dapat memulai khotbah Injil anda dengan pertanyaan pemancing yang efektif ini: “Kalau anda mati saat ini juga, apakah anda yakin akan ke sorga?” Jika di dalam dia belum ada iman akan Injil Yesus, sekalipun dia beragama Kristen, dia pasti menjawab: tidak yakin, tidak tahu, atau hanya Tuhan yang tahu. Ketiadaan iman keselamatan ini membuktikan bahwa dia belum lahir baru dan membutuhkan berita Injil yang sesungguhnya.

Galatia  2:16
Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.


Setelah mendapat jawaban dari pertanyaan pemancing tadi, anda dapat menjelaskan kepadanya seperti ini:
Firman Tuhan berkata: upah dosa adalah maut (Roma 6:23a). Maut artinya penghukuman kekal, dan penghukuman kekal itu dijalani di neraka. Jadi singkatnya, upah dosa adalah neraka. --Sejenak anda bisa gambarkan betapa ngerinya neraka itu, sudah begitu ngeri, berlangsung selama-lamanya pula. Anda harus mulai memancarkan efek terkejut itu disini. Kita dapat menggugah kesadaran mereka pada betapa ngeri dan lamanya neraka itu, dengan memakai intonasi suara yang menekankan misalnya dengan: “selaaaaama-lamanya”).
Selanjutnya anda terangkan: firman itu berkata “upah dosa”, bukan “upah banyak dosa”. Anda ajak dia berpikir dengan bertanya: satu dosa, itu dosa apa bukan? Dia pasti akan menjawab: dosa. Lalu anda jelaskan: seribu dosa adalah dosa, dua dosa adalah dosa, dan satu dosa, juga tetap adalah dosa. Itu artinya, cukup satu dosa anda punya, anda akan berakhir di neraka. Tanyailah dia: apakah anda pernah berbuat dosa? Di sini, efek terkejut itu akan semakin kuat. Pelan-pelan, ia mulai mengerti dan menyadari bahwa ia butuh Juruselamat. Ketika ini terjadi, terbukalah jiwanya sepenuhnya untuk Kabar Baik dari salib Yesus.

Untuk menguatkan efek itu, jelaskanlah kepadanya bahwa ternyata tak seorang pun manusia layak berada di sorga, siapapun mereka, setinggi apapun pangkat mereka, sekaya apapun mereka. Baik kaya maupun miskin, baik orang terhomat maupun gembel jalanan, baik orang jahat maupun orang baik sekalipun, semua orang akan berakhir di neraka apabila mereka mati, karena dosa. Semua orang telah tercemar oleh dosa. Jadi, apapun kebaikan manusia, sehebat apapun amal ibadah mereka, semua itu tak dapat menyelamatkan mereka dari neraka. Semua yang ada di dunia ini adalah sia-sia, seperti kata kitab Pengkhotbah. 

Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.

Ayat-ayat Alkitab yang menyingkapkan hal ini misalnya:
-Ibrani 12 : 14 tentang tanpa kekudusan tak seorang pun akan melihat Tuhan. (Kudus artinya tanpa dosa).
- Matius 19 : 24 tentang lebih mudah onta masuk lobang jarum daripada orang kaya (manusia) masuk sorga. Betapa mustahilnya onta masuk lobang jarum, tapi Tuhan berkata lebih mustahil lagi manusia masuk sorga apapun usahanya untuk itu.

Kembalikan fokus pendengar kepada dirinya sendiri dengan sebuah pernyataan tegas: jadi apapun yang anda punya di dunia ini, semua itu tak berguna, sebab ternyata anda juga punya dosa, dan anda sudah tahu, upah dosa adalah neraka. Cukup satu dosa! Cukup satu dosa anda punya, –siapapun dia— akan berakhir di neraka. Tegaskan dengan ini: “bukan saya yang berkata, tapi Alkitab (Allah sendiri).” Ingat, intonasi suara anda harus tetap dialiri kasih akan dia.

Tujuan penyingkapan dampak dosa ini ialah supaya pendengar sadar bahwa ternyata ia pasti binasa di dalam api neraka karena masalah dosa, apapun yang ia miliki di dunia ini, sehingga ia menyadari bahwa ia benar-benar membutuhkan Juruselamat, yaitu Yesus kristus. Ini tujuannya. Jika pendengar tidak sadar bahwa ia sangat membutuhkan Juruselamat (Yesus), khotbah Injil anda pasti akan menemui kegagalan, atau mungkin berakhir dalam perdebatan. Jadi betapa pentingnya bagian ini anda terangkan di pendahuluan.


Injil itu adalah Yesus Kristus
 
Setelah menggoncang-gancing seluruh rasa gagah pendengar, sehingga ia telah tersadar bahwa ia ada dalam ancaman kematian kekal karena dosa-dosanya, tiba saatnya anda memberitakan Kabar Terbesar yang pernah ada itu, yaitu salib Yesus Kristus!

Ceritakanlah bahwa Yesus adalah Allah sendiri, yang datang dalam rupa manusia 2.000 tahun yang lalu, untuk menyelamatkan manusia. Jadi sekalipun tubuh-Nya saat itu memang benar tubuh manusia, tetapi Dia yang tinggal dalam tubuh itu adalah Allah sendiri. Bandingkanlah itu dengan kita sendiri, bahwa kita adalah roh manusia yang tidak kelihatan, yang tinggal tersembunyi untuk sementara waktu dalam daging. Jadi tubuh kita hanyalah sarang, sedangkan kita adalah roh yang tinggal di dalam sarang itu. Akan tetapi Yesus, meski tubuh-Nya saat itu tubuh manusia –sama seperti kita—tetapi Ia yang menempati tubuh itu bukanlah manusia, melainkan Allah sendiri. Jika merasa perlu, anda boleh sebutkan ayatnya, yaitu Yohanes 1 : 1 (Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman tu adalah Allah), disusul Yohanes 1 : 14 (Firman itu telah menjadi manusia,,,yaitu Yesus Kristus).

Tujuan Yesus datang pada waktu itu adalah untuk memberikan diri-Nya sebagai korban tebusan atas seluruh dosa manusia (Lihat 1 Petrus 3 : 18, Roma 6 : 10).

Oleh karena firman Allah telah berkata bahwa upah dosa ialah maut, maka dosa itu pun haruslah dilunasi dengan maut. Akan tetapi karena Allah menyadari bahwa karena hukum itu maka semua orang akan binasa di api neraka, sedangkan Ia sangat mengasihi manusia dan tidak ingin mereka binasa, maka Ia memutuskan untuk datang sebagai manusia, menjalani sendiri hukuman maut dari segala dosa manusia itu. Demikianlah barangsiapa yang percaya kepada Yesus dan menyerahkan hidup kepada-Nya, dia akan selamat karena telah menerima penebusan. Yesus telah mati satu kali saja untuk menebus segala dosa kita. Inilah arti dari kasih karunia. Jadi sesungguhnya segala dosa manusia sampai kesudahan zaman telah dijalani hukumannya oleh Yesus, sehingga manusia itu tinggal mau atau tidak menerima Yesus saja, percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya. 

Salah satu ayat emas kita untuk ini adalah Yohanes 3:16 (Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal). Juga Yohanes 14 : 6 (Yesuslah jalan, kebenaran dan hidup. Tak seorangpun sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus).

Untuk mempermudah pendengar, buatlah sebuah ilustrasi perbandingan. Sebutlah misalnya Budi terlambat sampai ke sekolah, lalu guru menghukum dia untuk lari-lari mengelilingi gedung sekolah sepuluh kali. Kemudian Polan datang dan kasihan sama Budi, meminta kepada Guru agar kiranya hukuman Budi biarlah dia yang menjalani. Guru setuju. Lalu Polan berlari-lari menjalani hukuman Budi, sampai lunas. Tanyakan kepada pendengar anda: “Setelah si Polan selesai menjalankan hukuman si Budi, kira-kira Budi masih dihukum lagi oleh Guru atau tidak?” Jelas jawabannya tidak. Kenapa? Sebab hukuman Budi sudah dijalankan oleh Polan. Jadi Budi akan dipersilakan masuk ke sekolah tanpa hambatan atau hukuman lagi, apabila ia tidak menolak kebaikan Polan itu. 

Itulah yang dilakukan Yesus di atas kayu salib. Kitalah yang terbukti berbuat dosa, dan hukuman dosa itu adalah maut. Tetapi lihat, Yesus telah menjalani hukuman kita itu, sehingga kita dibenarkan dan tidak lagi dihukum jika kita bersedia menerima Yesus dengan iman percaya dan datang menyerahkan hidup kepada-Nya.

Yohanes 6 : 35
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Kita ulang ilustrasi tadi. Si Polan sudah selesai berlari-lari untuk di Budi. Lalu Pak Guru bertanya pada Budi: “Budi, apakah kamu menerima kebaikan si Polan tadi bahwa hukumanmulah yang dijalaninya?” Jika Budi menolak dan berkata: “Saya tidak mau Pak Guru, saya tidak rela hukuman saya dijalani si Polan, saya tidak suka sama dia”, apakah yang terjadi? Tentu Pak Guru akan berkata: “kalau begitu, perbuatan Polan tadi sia-sia bagimu. Hukumanmu belum dijalankan, sehingga kamu yang harus menjalaninya.” Bukankah itu sangat bodoh? (Izinkan pendengar menyetujui bahwa keputusan si Budi itu memang sangat bodoh). Lalu tegaskan: “Sebodoh itulah orang yang menolak Yesus Kristus!”

Menolak kasih karunia dari salib Yesus artinya menolak keselamatan kekal, padahal hanya dengan menerima Dia sajalah manusia bisa luput dari neraka kekal. Sedangkan bagi siapa saja yang percaya dan datang menyerahkan diri kepada Yesus, akan selamat. Sebab sekalipun ia terbukti pelaku dosa itu, tetapi hukumannya telah dijalani oleh Yesus dan ia menerima kebaikan-Nya itu, sehingga tak ada lagi alasan untuk menghukum dia. Jika dia mati saat ini juga, dia akan disambut di sorga dengan sorak sorai dan bertemu muka dengan Tuhan. Jadi terbuktilah bahwa keselamatan semata-mata adalah karena kasih karunia Allah yang dinyatakan melalui salib Yesus di Bukit Golgota, yang kita terima dengan iman; bukan hasil dari amal saleh, ketekunan ibadah,  atau kebaikan kita. (Lihat Efesus 2 : 8-9).

Tekankan kepada pendengar anda bahwa itu semua Tuhan kerjakan karena Tuhan sangat mengasihinya. Singkapkan kepadanya: “Allah Yang Maha Tinggi, Pencipta Langit dan Bumi, Dia sendirilah yang telah rela disembelih dalam tubuh manusia-Nya untuk menebusmu. Siapa anda? Apa yang bisa anda banggakan di hadapan-Nya? Tapi lihatlah, betapa Allah sangat mengasihimu. Ia --dalam tubuh manusia-Nya-- rela disembelih untukmu, seolah-olah engkau lebih mahal bagi-Nya daripada diri-Nya sendiri. Oh, ajaib benar karya-Nya itu! Allah mana yang seperti Dia? Dia, Yesus Kristus, sangat mengasihi anda!”  
               
Itulah gambaran dari khotbah Injil anda, sebagaimana yang dituliskan dalam Alkitab. Jadi fokus khotbah Injil memang benar-benar hanya Yesus, salib-Nya, pengorbanan-Nya yang ajaib, keselamatan di dalam Dia; bukan yang lain-lain. Lari dari fokus itu, sekali lagi, berarti anda tidak sedang menginjil meskipun anda merasa sedang menginjil.

  
      Pendengar Mengambil Keputusan

Setelah memaparkan khotbah Injil tadi, anda masuk ke dalam bagian terpenting baginya: ia mengambil keputusan. Maka tanyakanlah kepadanya apakah ia menerima Yesus untuk keselamatannya, atau tidak.

Jika dia menolak tegas, tidak perlu mendesak dia. Sebab bagaimanapun, upah anda sudah ada di sorga. Jika dia bimbang dan sepertinya butuh waktu memutuskan, berilah kesempatan kepadanya dan anda sendiri tetaplah berdoa untuknya dan usahakanlah untuk datang lagi kepadanya di lain waktu.
Jika dia menerima? Oh, ketahuilah, itu keputusan besar di mata sorga. Bergiranglah di dalam hatimu sebab ribuan malaikat Bapa kita telah bersorak-sorai di sorga oleh keputusannya itu. sekarang, anda harus memberitahu dia bagaimana caranya menerima karya keselamatan dari Yesus Kristus.

Ceritakan kepadanya khotbah Petrus di Kisah Para Rasul 2, kira-kira seperti ini:
“Dulu, Rasul Petrus mengabarkan Injil yang seperti anda dengar tadi kepada orang-orang di Yerusalem. Mereka memutuskan menerima Yesus, seperti keputusan anda sekarang ini, lalu bertanya kepada Petrus: “Apakah yang harus kami perbuat untuk menerima-Nya?” 

Buka dan tunjukkanlah Kisah Para Rasul 2 : 37-38
Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.

“Jadi cara menerima kebaikan Yesus yang luar biasa itu sangat mudah, yaitu hanya dengan bertobat dan memberi diri dibenamkan ke dalam air. Ini bukan kata saya, tapi kata Alkitab. Lihat Alkitab ini. Jadi kalau benar anda memutuskan menerima keselamatn dari-Nya itu, mari sekarang kita berdoa pertobatan menyerahkan diri kepada Yesus Kristus untuk nanti anda kita benamkan ke dalam air sebentar saja”. Lalu tuntunlah dia dalam doa pendamaian dan setelahnya anda membaptisnya.

                 
      Doa Pendamaian

Anda mengajak dia berdoa. Tapi sebelum anda menuntun dia doa pendamaian atau penyerahan diri, ada baiknya anda mengucap syukur dulu kepada Bapa atas peristiwa besar yang sedang terjadi itu. Misalnya: 

“Bapa di sorga, terimakasih buat Injil-Mu yang luar biasa, kabar baik dari Salib Tuhan Yesus Kristus yang menebus dosa dan menyelamatkan manusia. Inilah anakmu yang hilang, yang menyerahkan dirinya kepada-Mu, sehingga dia beroleh kasih karunia-Mu yang ajaib itu.”

Setelah mengucap syukur sejenak oleh peristiwa itu, barulah anda menuntun dia doa pendamaian. Ini contohnya:

“Oh Tuhan Yesus, terimakasih Tuhan atas kematian-Mu di kayu salib, untuk menebusku, menjalani seluruh hukuman dosa-dosaku, terimakasih atas pengorbanan dan kasih-Mu yang begitu besar kepadaku, maka ini aku Tuhan, datang kepada-Mu, menyerahkan diriku kepada-Mu, aku bertobat dari segala dosaku, dan aku mengampuni dosa setiap orang yang pernah bersalah kepadaku, terimakasih atas pengampunan-Mu kepadaku, aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamatku, tuliskanlah namaku di Buku Kehidupan-Mu di sorga yang kekal, dan berilah aku Roh Kudusmu, yang akan menuntun aku seumur hidupku di dalam segala kehendak-Mu, dalam nama Yesus, amen.”

Anda bisa mengembangkan sendiri doa pertobatan itu, tetapi seperti itulah gambarannya. 

Usai doa pendamaian, tanyailah apa yang ia rasakan sekarang. Percayalah, yang ia rasakan adalah sukacita, atau damai sejahtera, atau rasa lega, atau rasa bahagia. Itu adalah pertanda bahwa ia telah terhubung kepada sorga yang juga bersukacita, pertanda bahwa Roh Kasih Karunia telah dicurahkan atasnya. Rohnya telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Itulah sebabnya ia merasakan rasa damai itu.  Apa yang ia rasakan itu akan sangat menghiburkan hati anda sebagai penginjil.


      Baptislah Saat Itu Juga  

Setelah doa pertobatan tadi, untuk menyempurnakan pertobatannya, anda harus membaptisnya seketika itu juga. Sebab baptisan adalah tanda dari pertobatan, dan Allah menghendaki tanda itu dikerjakan. 

Saat membaptis, sebelum membenamkan ke dalam air, anda nyatakan:”Seturut imanmu menerima kematian Yesus untuk penebusan dosamu, (sebutkan namanya), aku membaptismu dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.” Lalu benamkan dia ke air. (Anda boleh mengembangkan sendiri kalimat pengantarnya, tapi intinya anda membaptis dia di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, sebagai Amanat Agung).

Jangan biasakan menunda baptisan seorang yang sudah bertobat, sebab baptisan benar-benar adalah tanda atau simbol dari penyerahan diri pada Yesus Kristus oleh imannya. Jika orang sudah bertobat tiga bulan lalu tapi baru dibaptis hari ini, maka baptisan ini jadi janggal atau aneh. Tidakkah aneh bila pesta diadakan sekarang tapi tanda pesta baru dipancangkan 3 bulan lagi? Jadi pertobatan dan baptisan adalah satu paket yang tak terpisahkan. Pertobatan adalah yang ditandai (perkara rohaninya) dan baptisan yang menjadi tanda (perkara lahiriahnya). 

Ironisnya, begitu banyak gereja terbiasa menunda baptisan. Mereka berkata bahwa petobat itu harus dimuridkan dulu, atau harus kelihatan dulu buahnya. Itu pendapat yang keliru dan tidak Alkitabiah. Itu hikmat manusia yang buta dan keluar dari pikiran yang agamawi. Itu dampak dari doktrin lama Khatolik yang menyebut baptisan dengan istilah “sakramen”, yang tanpa disadari tetap dianut oleh gereja-gereja baru. 

Dengan tetap mempertahankan gagasan baptisan adalah sakramen, maka terjadi pemisahan pertobatan dari baptisan. Pertobatan bukan sakramen, sehingga semua orang percaya boleh mempetobatkan seseorang, tetapi baptisan adalah sakramen yang hanya boleh dikerjakan oleh pejabat gereja. Jadi meski di lidah mereka tetap berkata bahwa baptisan tanda pertobatan, kenyataaanya yang mereka jalankan sungguh jauh berbeda: pertobatan peristiwa yang berbeda dengan peristiwa baptisan. Sekali lagi, anutan agamawi ini membuat baptisan mereka itu menjadi tidak berguna, lari dari kebenaran Alkitab. Padahal dari penjelasan Alkitab, juga dari teladan para rasul, nyata sekali bahwa “bertobat sekarang, dibaptis sekarang”, sebab baptisan hanyalah simbol lahiriah dari orang menerima kematian Yesus untuk dirinya, tanda pertobatan kepada Yesus.  

Roma 6 : 3-4
Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Kita lihat beberapa contoh teladan Alkitab yang jelas-jelas menganut “Bertobat sekarang, baptis sekarang.”

1.       Yohanes Pembaptis. Dialah yang memperkenalkan ritual baptis sebagai tanda pertobatan. Ia berseru-seru kepada bangsa Israel supaya mereka bertobat. Lalu orang-orang yang mendengarnya datang kepada Yohanes untuk bertobat. Apa yang Yohanes lakukan? Menyuruh mereka pulang untuk datang 3 bulan lagi setelah dikonseling atau dimuridkan? Tidak! Pada saat itu juga, ia membaptis petobat itu.

2.       KKR Pertama Petrus di Yerusalem.
Di Kisah Para Rasul 2 dikisahkan bagaimana untuk pertama kali Petrus dan para rasul mengkhotbahkan Injil, yaitu pada hari tercurahnya Roh Kudus atas mereka. Ada ribuan orang yang hadir. Dari rangkuman khotbah Petrus, jelas dapat diyakini bahwa ia berkhotbah hanya sekitar 1 jam. Lalu orang-orang itu menerima Yesus. Dan apa yang Petrus lakukan? Hari itu juga mereka membaptis 3.000 orang petobat. Itu terjadi di Yerusalem, di sekitar rumah menginap Petrus dan kawan-kawan. Tidak ada sungai dekat situ, dan diyakini bahwa baptisan itu dilangsungkan di kolam pemandian umum yang memang banyak terdapat di sudut-sudut kota. Jadi dapat diyakini jauh lebih lama lagi waktu yang dibutuhkan untuk membaptis semua mereka. Jika khotbah Petrus berlangsung satu jam, kemungkinan pembaptisan itu memakn waktu 3-4 jam oleh antrian panjang. Bertobat sekarang, baptis sekarang.

3.       Di Kisah Para Rasul 8 : 26-40, dikisahkan seorang sida-sida dari Etiopia sedang dalam perjalanan pulang naik kereta sambil membaca Kitab Yesaya. Dia tidak mengerti apa yang dia baca, sebab dia berasal dari negeri yang jauh dari Israel dan tentu kurang paham apa-apa yang terjadi di Israel secara lengkap. Lalu datanglah Filipus menjelaskan kepadanya, bahwa nats yang ia baca itu berbicara tentang Yesus Kristus yang beberapa bulan lalu telah disalibkan untuk menebus dosa dunia. Sida-sida itu mungkin telah pernah mendengar berita-berita tentang sepak terjang tokoh bernama Yesus itu dari negerinya di Etiopia, tapi jelas ia tidak pernah bertemu muka dengan-Nya. Jadi ia sangat berminat dan terus bertanya pada Filipus. Filipus pun menjelaskan Injil Keselamatan Yesus kepadanya. Mungkin obrolan mereka berlangsung satu atau dua jam. Dan akhirnya sida-sida itu memutuskan untuk percaya pada Yesus dan ingin dibaptis di dalam nama-Nya. Apa yang terjadi? Saat itu juga Filipus membaptisnya. Terima Yesus sekarang, baptis sekarang.

4.       Di Kisah Para Rasul 16 : 19-34, dikisahkan tentang Paulus dan Silas yang terpenjara di kota Filipi.  Filipi adalah sebuah kota di benua Eropa, sangat jauh dari Yerusalem. Pada tengah malam, dari dalam sel mereka Paulus dan Silas berdoa dan bernyayi memuji Tuhan. Lalu terjadi gempa yang mengakibatkan rantai-rantai putus dan semua pintu terbuka. Gempa itu juga membangunkan sang kepala penjara (Kalapas). Terburu-buru ia keluar dari rumah dinasnya menuju penjara, dan ketakutan hebat karena pintu penjara itu telah terbuka. Ia begitu ketakutan karena sebagai orang Romawi, ia tahu bagaimana penguasa Romawi yang militeristik memperlakukan pegawai yang lalai dalam bekerja apalagi sebesar itu. Jadi ia mau bunuh diri. Tetapi Paulus segera berseru mencegah, memberitahu bahwa mereka semua masih disitu. Masih sangat ketakutan, Kalapas ini bertanya apa yang harus ia lakukan supaya ia selamat. Alih-alih memberi nasehat politik, Paulus justru mengbarkan Injil kepadanya. Di katakan pada ayat 33, pada jam itu juga, Paulus membaptisnya dan seisi rumahnya. Anggaplah peristiwa gempa itu terjadi jam 12 malam, dan masih dalam jam yang sama itu, si kalapas dan seisi rumahnya member diri dibaptis untuk menerima keselamatan dari Yesus. Jadi khotbah Paulus jelas tidak sampai 60 menit, malah mungkin hanya 30 menit. Berapa banyak yang bisa ia jelaskan dalam waktu sesingkat itu? Berapa banyak yang dipahami si Kalapas tentang doktrin-doktrin kekristenan dalam waktu sesingkat itu? sebagai seorang yang tinggal jauh dari Palestina, jelas ia tidak banyak tahu tentang Yesus sebelumnya. Tapi Paulus pada jam itu juga membaptisnya dan seisi rumahnya. Bertobat sekarang, baptis sekarang.

Jadi kenapa banyak gereja sekarang berkata bahwa para petobat harus dimuridkan dulu baru boleh dibaptis? Kenapa mereka memisahkan peristiwa pertobatan dengan peristiwa baptisan? Ayat mana yang mereka pegang sebagai dasar? Tidak ada sama sekali. Sebaliknya, tanpa mereka sadari, mereka telah menentang Alkitab dan bersandar pada pikiran manusia. 

Karena itu, adalah tugas setiap penginjil untuk membaptiskan petobat yang menyerahkan dirinya kepada Yesus, seketika itu juga.

Tapi jika anda merasa berat untuk melakukan ini, karena perasaan-perasaan tidak percaya diri untuk membaptis, cukupkanlah anda di doa pendamaian, tetapi tanpa menutup-nutupi ayat-ayat Alkitab yang memang menyerukan para petobat untuk memberi diri dibaptis. Beritahukanlah seruan itu, dan terangkan secara umum arti baptisan itu. Baptisan adalah tanda lahiriah dari pertobatan dan penyerahan hidup kepada kasih karunia Yesus Kristus. Dengan baptisan, dilambangkan bahwa dia TURUT dikuburkan bersama dengan kematian Yesus, untuk bangkit sebagai manusia baru. Itu bisa anda terangkan seringkas itu. Atau jika anda ingin lebih paham lagi, silakan baca artikel saya di blog ini berjudul http://baopanigoran.blogspot.co.id/2014/10/meluruskan-pemahaman-yang-salah-tentang.html
 
Setelah anda mengajak dia doa pendamaian (lihat contohnya di atas), anda dapat mempertemukan dia dengan hamba Tuhan yang anda percayai, supaya dia di-follow up dan nantinya akan dibaptis juga.

      Menyembuhkan Orang Sakit Dengan Nama Yesus

Tuhan Yesus memerintahkan kita juga untuk menyembuhkan orang-orang sakit yang kita jumpai di ladang Injil. Ini juga perintah, dan sebagai prajurit, kita harus patuh pada perintah Komandan kita. 

Lukas 10 : 9
dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.

Jangan ragu untuk mengerjakan perintah-Nya ini juga. Caranya, tumpangkan tangan anda ke atas tubuhnya yang sakit dan perintahkan kesembuhan terjadi: sekarang juga. Misalnya dia sakit tumor: “Dalam nama Yesus aku perintahkan tumor lenyap dan sembuh sekarang juga.”

Tumpangkan saja tangan anda seperti menyentuh biasa saja, tak perlu ditekan-tekan. Ucapkan perintah dengan rileks dan santai, tak perlu teriak-teriak seperti kebiasaan orang-orang di gereja tetapi gagal. Bukan kerasnya suara yang menyembuhkan, tetapi iman yang tidak bimbang.

Untuk meneguhkan iman anda, sadari hal-hal ini saat melakukannya:

a.       Dimana Injil-Nya diberitakan, disitu Yesus hadir.
b.      Yesuslah yang menyembuhkan, sedangkan Ia hanya meminjam tangan dan lidah anda.
c.    Bayangkanlah saat anda menumpangkan tangan itu, tangan Yesus ada di atas tangan anda, sebab Yesus memang benar-benar hadir saat itu.
d.    Ketahuilah bahwa Yesus tidak pernah menolak menyembuhkan orang yang datang kepada-Nya. Semua Ia sembuhkan. Percayai teguh, Yesus ingin orang yang anda injili itu sembuh.

Setelah menumpangkan tangan tadi, suruh dia melakukan gerakan yang selama ini tidak bisa ia lakukan. Percayalah, anda akan melihat kesembuhan, sebab Yesuslah yang menyembuhkan, dan Dia ada disitu saat itu. Jadi jangan nikmati pujian atau rasa kagum mereka. Saat anda melihat mereka kagum pada anda, katakan pada mereka: “Bukan saya yang menyembuhkan ya, tapi Yesus. Dia ada disini. Dia mengasihi anda.”

Tetapi yang terpenting adalah berita Injil ia terima. Tujuan utama anda ialah menginjil, sebab keselamatan jauh-jauh-jauh lebih mahal daripada kesembuhan fisik.

Hal-hal berikut harus anda ketahui:

1. Dimana Injil-Nya diberitakan, disitu Yesus hadir
(benar-benar hadir, bukan perandaian atau ecek-eceknya hadir. Sekali lagi: BENAR-BENAR HADIR. Hanya mata anda saja yang tidak melihat-Nya. Tapi Ia benar-benar ada di lokasi itu. Cuma, anda perlu tahu hal itu. Mungkin anda bertanya, mana dasar Alkitabnya? Ini: Matius 28 : 20b. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Arti perkataan-Nya itu ialah: kamu perlu TAHU, bahwa Ia selalu ada, hadir, benar-benar hadir, bersamamu.).


2. Yesus mengasihi orang yang anda injili itu, sama seperti Dia mengasihimu.
Karena itu, biasakanlah mengatakan kalimat-kalimat ini: "Yesus sangat mengasihimu, Dia sangat sayang kepadamu. Dia mengenalmu. Dia sudah jatuh cinta kepadamu sejak kamu ada di kandungan ibumu. Bahkan kamu berasal dari Dia. Dia benar-benar mencintaimu dan ingin memelukmu."
Jadi jangan lihat pada karakternya yang buruk, tapi lihatlah kepada Yesus. Kadang-kadang kita terganggu dengan karakternya yang buruk, mungkin dia judes, mungkin lidahnya kasar, mungkin dia keras, mungkin dia sok tahu. Kalau anda melihat kepada semua itu, jangan-jangan yang timbul di hati anda ialah rasa jengkel sambil berbisik: pantesan aja hidup lu susah begini..(anda mulai menghakiminya di pikiran). Itu tidak boleh timbul. Halau pikiran itu. Fokus pada Yesus. dan percayai hal ini: YESUS BENAR-BENAR MENGASIHI DIA. Percayalah, hati sekeras apapun, akan tersentuh ketika mendengar berita kasih Yesus.
Selamat menginjil. Yesus menyertai anda.


(Dengan hanya mengacu pada metode ini barangkali kurang efektif untuk menginjili orang-orang Muslim, maupun orang-orang yang merasa terbuang dan terkutuk. Untuk orang-orang Muslim, sebaiknya kita juga belajar dasar-dasar agama Islam dari Alquran mereka, untuk mempermudah pemahamannya. Sedangkan menginjili orang-orang yang merasa terbuang atau terkutuk, seperti para pelacur dll. --yang menyadari kehinaannya--ada baiknya anda lebih banyak bicara tentang kasih Yesus yang tak terukur dalamnya. Akan tetapi prinsip-prinsip dasar dari metode yang anda baca ini harus tersingkap juga, termasuk "Mengapa Pendengar Membutuhkan Juruselamat.". Tuhan Yesus memberkati anda.)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar