Senin, 16 Agustus 2021

KITA SANGAT DIKASIHI



Shalom, saudara2ku yang dikasihi Tuhan...
Salah satu pengajaran yang PALING ditekankan para rasul dalam surat2 mereka kepada jemaat-jemaat termasuk kita adalah bahwa kita ini SANGAT DIKASIHI oleh Tuhan.
KasihNya yang begitu besar itulah yang menjadi dasar dari semua ajaranNya, kasihNya yang besar itulah yang menjadi alasan mengapa Yesus datang ke bumi dan mati di kayu salib untuk dunia, dan kasihNya yang besar itulah penyebab mengapa Ia membaharui PerjanjianNya, sebagaimana diajarkan dan ditiliskan oleh para rasulNya yang terpilih.
Jadi, dasar dari hubungan kita dengan Dia adalah KASIH-NYA.
Karena itu, perasaan terkuat yang harus kita miliki dan rasakan di dalam hati adalah bahwa Dia mengasihi kita. Engkau sangat dikasihi. Orang di sebelahmu sangat dikasihi. Saya juga, saya mengimani dan meyakini betul, bhw Dia mengasihi saya. Dan hati saya bersukacita setiap kali saya mengingatnya.
Pergilah ke halaman, lihatlah ke langit biru di atas sana, dan ketahuilah, di balik langit itu ada Bapamu yang sangat mengasihimu. Ada Sorga di atasmu, yang selalu mengawasimu dan memandangmu dengan sorot mata kasih. Rasakanlah itu di dalam hatimu.
Mengapa Ia sangat mengasihi kita? Sebab Ia dari semula memang merancang kita menjadi anak-anak bagi-Nya. Ketika Ia dahulu kala menciptakan Adam, Ia sedang menciptakan anak bagi diri-Nya, anak-anak yang akan menjadi tempat-Nya mencurahkan kasih-Nya yang begitu besar. Kasih seorang Bapa kepada anak-anak-Nya sendiri.
Rencana-Nya itu sempat rusak, oleh kejatuhan manusia itu kepada dosa, yang membuat jurang pemisah di antara manusia dengan Dia. Tetapi Dia tidak membiarkan rencana semula-Nya itu gagal. Ia mengutus Yesus Kristus, Firman-Nya, yaitu Diri-Nya sendiri, untuk menjelma menjadi manusia, untuk menjadi korban pendamaian bagi kita, sehingga di dalam Yesus Kristus, rencana-Nya menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya sendiri menjadi terwujud.
Demikianlah di dalam Yesus Kristus, kita dilahirkan sekali lagi oleh Roh-Nya. Sehingga, karena kita dilahirkan oleh Dia, maka anak apakah kita ini bagi-Nya? Anak apakah disebut yang dilahirkan sendiri oleh orang tuanya? Ia disebut anak kandung. Demikianlah kita juga, adalah anak kandung Allah, karena kita dilahirkan oleh Roh-Nya. Dia adalah Orang Tua kandung kita. Dia adalah Bapa kandung kita.
Pandanglah sekali lagi ke langit biru, dan ketahuilah, di balik langit itu, Bapa Kandungmu, yang sangat mengasihimu, ada untukmu. Ia memandangmu. Engkau adalah tumpuan sorot mata-Nya. Ia mengasihimu dengan sangat.
Kasih Bapa itu, yaitu kasih yang kita peroleh di dalam Tuhan kita yang mulia Yesus Kristus, itulah sesungguhnya kekuatan kita. Di dalam kasih-Nya itu, kita beroleh damai sejahtera.
Kita beroleh perasaan sebagai anak, yaitu perasaan yang terdapat di dalam Yesus Kristus. Dan ketika hati kita dipenuhi oleh kasih-Nya itu, kita merasakan hawa sejuk Sorgawi yang begitu lembut mengalir di hati kita.
Di dalam kasih-Nya itu, kita belajar bertumbuh dalam kedewasaan iman. Di dalam kasih-Nya itu kita belajar berubah, meninggalkan segala sifat-sifat buruk, meninggalkan semua kecintaan daging akan dunia ini.
Dan di dalam kasih-Nya itu, kita beroleh gairah semangat untuk mengabarkan Injil-Nya atau mengajarkan Dia kepada saudara2 kita yang masih kanak-kanak dalam iman.
Maka, sangatlah tidak berguna setiap kebanggaan diri. Sangatlah konyol setiap perasaan sombong, setiap perasaan hebat, sesudah kita mengenal dan menyadari bahwa betapa Dia mengasihi kita.
Mari membuang segala sesuatu tentang "aku" dari hati kita. Mari sepenuhnya memandang kepada Bapa kita tercinta, kepada Yesus kekasih kita, yang begitu mengasihi kita. Mari mengangkat tangan memuja-Nya, menyembah-Nya.
Kasih-Nya, inilah kekuatan kita menghadapi kekejaman penguasa dunia yang sekarang sedang ditujukan kepada kita. Kasih-Nya menjadi sumber kerelaan kita untuk dapat menanggung semua yang disebut salib, dengan sabar dan tabah. Dunia ini, yang dikuasai iblis, memang membenci kita, dan ingin mencuri kita dari hadapan Tuhan dengan segala tipu dayanya.

Kasih Bapa membawa kita keluar dari hasrat akan dunia ini. Kasih Bapa, kasih Yesus Kristus, membuat kita jatuh cinta kepada-Nya. Kasih-Nya itu membuat hati kita tertuju dan ingin selalu memikirkan-Nya. Dunia ini tidak menarik lagi ketika hati kita dipenuhi oleh kasih-Nya.
Itulah yang terjadi ketika kita benar-benar merasakan kasih Bapa di hati kita. Itu sebabnya Rasul Yohanes berkata, jika kita mengasihi dunia ini, sesungguhnya kasih Bapa tidak ada di dalam (hati) kita. Ia menulis: "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." (I Yohanes 2:15)
Kasih itu bukanlah sekedar sebuah idea atau teori. Kasih itu terasa.
Jika seseorang tidak merasakan kasih itu, maka sekalipun ia berbicara banyak tentang ajaran Tuhan, ia sedang beromong kosong saja. Demikianlah kasih Bapa itu terasa, dan hati kita tersentuh ketika merasakannya.
Ada begitu banyak orang Kristen yang sebetulnya tidak berisi kasih Bapa dalam hatinya.
Mereka juga berdiri di mimbar gereja-gereja, di depan kelas, sebagai orang-orang yang dihormati denganistilah "hamba Tuhan", penatua-penatua, pelayan-pelayan, guru-guru di seminari, teolog-teolog, apologet-apologet, pendebat-pendebat agama, dan sebagainya, selebriti-selebriti rohani. Merekalah yang mendominasi dunia kristen. Tetapi tanpa hati dipenuhi rasa dikasihi oleh Bapa, hambarlah semua pelayanan.
Tanpa kasih Bapa, kita akan merasa suam di hati kita.
Dan perlu anda tahu, kasih Bapa itu pasang surut kita rasakan di hati kita. Ada kalanya kasih itu terasa begitu kuat, tetapi ada saja kalanya hati kita terasa hampa oleh kasih Bapa. Itu terjadi bukan karena kasih Bapa itu tidak kekal atau berubah-ubah, melainkan pihak kitalah yang sering kali menjauh, kitalah yang sering berubah. Sama seperti sinar matahari yang tidak berubah (dari mataharinya), tetapi ada kalanya dia tidak terasa apabila kita bersembunyi di balik dinding tebal atau awan tebal sedang datang.
Jika kita terlalu sibuk, sering kita merasakannya mulai kering. Jika kita mulai mengikuti keinginan daging kita untuk bersenang-senang, kasih Bapa itu akan mulai menguap dari hati (perasaan) kita, berganti dengan perasaan2 yang berasal dari hasrat daging. Kebanggaan diri, adalah penghalang besar bagi kasih Bapa itu terasa di hati kita.
Karena itu, kita harus senantiasa memelihara aliran kasih Bapa di hati kita, melalui persekutuan pribadi kita dengan Dia, di dalam Yesus Kristus.
Percayai bahwa engkau ini sangat dikasihi-Nya. Ini tidak tergantung pada tingkat kesalehan atau amal ibadah kita. Melainkan karena Ia memang sangat mengasihi kita. Jika kita melihat pada diri kita, pada semua keburukan kita, tentu kita akan merasa tidak yakin bahwa Ia sangat mengasihi kita. Juga, jika kita melihat pada kerohanian si anu sana yang masih amburadul, kita mungkin sukar meyakini bahwa dia sangat dikasihi. Tetapi sungguh, kita memang sangat dikasihi.
Tersesatlah mereka yang tidak merasakan kasih Bapa itu di dalam hatinya. Mereka akan menjadi kristen agama. Mereka tidak berdiri di atas dasar hubungan pribadi dengan Tuhan.
Tetapi kita, marilah sungguh2 setiap hari merasakan kasih Bapa di hati kita. Dengan cara apa? Dengan cara mengimani --tanpa keraguan sedikitpun-- bahwa Dia sangat mengasihi kita, dengan cara menjalin hubungan pribadi yang intim, dengan berfokus pada pribadi Yesus setiap saat dimanapun kita berada.
Saat berdoa, beranikanlah diri saudara untuk berkata kepada-Nya: "Bapa, (atau: Tuhan Yesus), terimakasih karena sangat mengasihiku. Aku percaya Engkau mengasihiku, Tuhan. Aku dilingkupi oleh kasih-Mu. Tuhan Yesus, aku juga mengasihi-Mu."
Dan di dalam kasih-Nya itu, kita belajar mengubah hal-hal buruk yang masih ada pada kita, sehingga orang pada akhirnya akan merasakan karakter Yesus di dalam kita.
Maranatha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar