Jumat, 14 Desember 2012

MENGASIHI SEMUA ORANG





MENGASIHI SEMUA ORANG

Yesus mengasihi semua orang. Tapi seringkali kita gagal memahami ini. Suatu hari saya berkata: "Satu hal yang saya percayai, Yesus mengasihi semua orang". Lantas seorang saudara menyahut: "Satu hal yang saya percaya,
Yesus hanya mengasihi setiap orang yang mengasihi Dia."

Saudaraku dalam kasih Tuhan,

Mengira bahwa Yesus hanya mengasihi orang yang mengasihi Dia sangat melenceng dari kebenaran Injil. Allah mengasihi kita bukanlah karena kita mengasihi Dia. Dialah yang lebih dulu mengasihi kita, bahkan ketika kita belum mengenal-Nya dan masih hidup di dalam kegelapan dosa.

Ada satu pernyataan yang berbahaya, yang sering kali saya dengar diucapkan orang-orang yang mengaku dari golongan lahir baru. Pernyataan itu bunyinya: “Orang yang tidak lahir baru sama saja dengan tidak ada di mata Tuhan.”

Mungkin ada sedikit kebenaran di dalamnya. Tapi dengan berkata begitu, mereka menyimpulkan bahwa segala hal yang orang-orang yang belum lahir baru lakukan maupun nyatakan kepada Tuhan, tidak ada artinya, sebab tidak ditanggapi oleh Tuhan. Perjanjian-perjanjian mereka kosong, air mata mereka sia-sia, pengharapan mereka tidak diacuhkan Tuhan. Mereka sama sekali tidak dianggap. Sama sekali tidak dikasihi Allah. Tuhan total menutup diri dari mereka.

Inilah pandangan yang melahirkan fanatisme terhadap aliran gereja sendiri. Inilah pandangan yang membuat banyak orang berkata: hanya gereja kami yang benar, di luar kami semuanya binasa. Hasilnya sangat buruk. Mereka menjadi orang-orang munafik. Sekalipun mereka tersenyum dan mau menjabat tangan orang kristen lainnya, di dalam hati mereka, mereka memandang sebelah mata dan ada suara: kau orang binasa.

Ini sebuah kesalahan besar. Saya berharap jangan ada lagi di antara kita yang seperti itu. Pandangan seperti itu berasal dari roh fanatisme, roh yang menguasai orang-orang Farisi di masa lampau.

Pandangan sinis seperti itu membunuh kasih. Anda tidak dapat mengasihi seseorang dengan tulus jika ada pandangan sinis terhadap orang itu meski secuil di dasar hatimu. Bagaimana anda dapat mengasihi tetanggamu --mungkin dia muslim, mungkin belum lahir baru, mungkin pula keluarga yang amburadul-- seperti perintah Kristus, jika anda senantiasa sinis dan gemar membahas-bahas kekurangannya di dalam rumahmu sendiri? Sekalipun anda memaksakan diri untuk terlihat mengasihi, anda akan gagal mengasihi dengan kasih murni.

Saudaraku kekasih di dalam Kristus...

Ada banyak orang berdosa di sekitar kita, bukan hanya di kalangan orang-orang yang tidak mengenal Yesus, tapi juga di kalangan anak-anak Tuhan sendiri. Dosa, bagaimanapun, tidak berkenan di hadapan Tuhan. Tetapi orang berdosa tidaklah dibenci, melainkan dipanggil untuk datang. Dan ketika dari hati orang berdosa itu keluar suatu keluhan kerinduan pada Tuhan Yesus, kasih karunia Yesus yang memang telah tersedia atas orang itu akan menyentuhnya.

Ketika seorang pelacur terpuruk di tepi malam, dan di dalam hatinya ada dukacita oleh keburukannya serta rasa haus akan kasih Yesus, tangisan dalam hati tersebut akan terhubung kepada hati Tuhan. Ketika seorang preman pemabuk teperosok ke dalam parit di gelap malam, dan di dasar hatinya terdengar keluhan dan pengharapan pada kasih Yesus, pertolongan Tuhan akan turun atasnya. Bahkan ketika orang-orang muslim atau penganut agama palsu lainnya, oleh kerinduannya untuk mengenal Tuhan yang benar, lalu berdoa lirih: “Tuhan, siapakah sebenarnya Engkau...?” Tepat pada waktunya, Yesus akan menyatakan diri kepada-Nya.

Yesus datang ke bumi ini, dan merelakan nyawa-Nya, bukan untuk orang-orang yang merasa dirinya kudus, melainkan untuk orang-orang berdosa. Yesus tidak sinis kepada orang-orang berdosa. Bagaimana Ia bisa rela mati bagi mereka, jika Ia sinis di dasar hati-Nya pada mereka dan menganggap mereka tidak pernah ada?

Sebaliknya Yesus mengundang semua orang berdosa untuk datang kepada-Nya. Bahkan Ia mencari mereka ke jurang-jurang terdalam, sebagaimana gembala mencari domba yang hilang itu. Itu semua karena kasih.

Kita justru melihat bahwa Yesus terus menerus mengecam orang-orang Farisi, yaitu orang-orang yang mengaku kudus dan memang mereka sangat fanatik. Saya kuatir, jika kita menganut pandangan seperti yang saya sebutkan tadi, Yesus justru menganggap kita sebagai musuh Injil, sebagaimana Ia memandang orang-orang Farisi.

Saudaraku yang baik...

Janganlah pernah sinis pada orang berdosa, atau pada saudaramu yang jatuh ke dalamnya. Jangan mengungkit-ungkit dengan nada sinis keburukannya pada siapapun, bahkan termasuk pada suami atau istrimu di kamar tidur, dengan tujuan untuk bahan mengobrol. Kalau pun ada percakapan tentang dia, haruslah dengan roh yang mengasihi, belas kasihan dan terbeban untuk membawanya ke dalam kebenaran, atau sejauh-jauhnya sebagai bahan renungan supaya tidak berbuat hal yang sama.

Jangan denguskan nafasmu atas siapapun: “Huh, katanya anak Tuhan, tapi pelitnya minta ampun. Huh, katanya pendeta, tapi minum-minum bir. Huh, katanya hamba Tuhan, tapi begitu dikipas pakai duit langsung ngiler. Pendeta apaa tuh? Gereja apaan tuh? Kristen apaan tuh? Dan sebagainya.”

Jika anda sinis pada saudaramu karena kelemahannya, atau karena ia jatuh dalam dosa, atau kepada orang-orang terhilang dan tersesat pada umumnya, bagaimana anda bisa mengaku mengasihi mereka? Siniskah kasih itu? Ketuskah kasih itu? Jika kepada sesama kristen saja anda ketus begitu, bagaimana kepada orang-orang Islam yang penuh dengan kekonyolan dalam segala ibadahnya? Bukankah anda akan selalu terbahak-bahak sinis pada mereka? Bagaimana terhadap orang-orang FPI yang penuh kebencian itu? Bagaimana cara anda mengasihi mereka?

Saudaraku dalam kasih Allah...

Seburuk-buruknya dosa anak manusia, tetaplah sadari dengan sungguh-sungguh bahwa jiwa-jiwa ini sangat berharga di mata Tuhan. Yesus telah mati bagi mereka, Yesus mengasihi mereka semua, sama seperti Dia mengasihi kita.

Itulah sebabnya, kita yang lebih mengerti kebenaran, harus menjadi saluran-saluran kasih Tuhan, bukannya senjata-senjata pembunuh oleh roh penghakiman.

Ketika orang memilih jalan yang salah, usahakanlah supaya dia sadar dan keluar dari jalan itu. Kita boleh menegornya, sebagai wujud kasih persaudaraan. Harus saya tegaskan, kasih itu tidak harus selalu mellow, ia juga dapat diperlihatkan dengan cara pemberian disiplin atau tegoran tegas, manakala perlu. Saya menyebutnya, kasih yang membapai. Tetapi dasarnya tetaplah kasih. Batu pengujinya tetaplah kasih. Apakah anda menegor, ataukah anda memberi disiplin, Yesus akan menguji setiap tindakanmu. Dan Ia dapat melihat dengan begitu terang, apakah semua itu keluar dari kasih ataukah roh penghakiman yang arogan dan memandang rendah. Kasih itu bersifat menyadarkan, penghakiman bersifat mendakwa. Tuhan bisa membedakannya.

Jika anda memilih menegor saudaramu yang berbuat dosa, tetapi dia bersikeras, berdoalah untuknya di dalam kasih, menangislah dengan bercucur air mata untuk-Nya. Menangislah dengan terisak-isak, biarkan kasih akan dia mendorong doa-doamu. Serahkanlah perkaranya kepada Tuhan, mintakan Tuhan berbuat sesuatu untuk menyadarkannya, bukan malah meminta Tuhan mengutuknya. Percayalah bahwa Allah menanggapi semua doa, lebih lagi doa yang lahir dari kasih.

Kita harus banyak menangis untuk saudara-saudara kita yang masih tinggal dalam dosa, maupun bagi mereka yang baru saja melangkah ke dalamnya.

Banyak kali malam-malam hari saya menangis, menangis sejadi-jadinya, sampai lidah menjadi kelu, tersungkur dengan air mata bercucuran, di hadapan Bapa kita, manakala saya berdoa untuk gereja-gereja, khususnya gereja-gereja yang suam, tertidur atau tersesat, atau manakala saya berdoa bagi sahabat-sahabat saya yang memilih jalan yang salah, atau untuk adik-adik saya, atau saudara-saudara se-gereja saya.

Saya mungkin cukup keras menyerukan ketaatan, tapi saya tidak pernah berkata sinis kepada siapapun yang tidak taat. Yesus mengasihi mereka, itu senantiasa pegangan pertama saya. Dengan pegangan pertama itulah saya memegang pegangan kedua: Yesus menginginkan kami semua untuk taat, maka itu haruslah saya tuliskan.

Dalam hal kepribadian, saya mudah meneteskan air mata, Yesus tahu itu. Suatu malam saya pulang membawa roti. Di tengah jalan saya melihat seorang gila tidur di tumpukan sampah. Saya merasa sangat bersalah, tidak sanggup meneruskan perjalanan, lalu menghentikan kenderaan dan membagikan roti serta sebotol aqua kepadanya. Suatu siang di jam istirahat kantor saat makan di restoran, seorang anak jalanan yang kumal dan bau datang menawarkan semir sepatu. Saya berikan dan dia duduk di bawah kursi saya. Hati saya menjadi sangat tertampar, tidak sanggup meneruskan makan siang, lalu mengundangnya duduk di sebelah saya dan memberinya makan. Berdua kami makan semeja dilayani pelayan restoran, dan itu melegakan hati saya dari perasaan bersalah kepada Bapa.

Sebenarnya itu rahasia-rahasia kecil yang semestinya anda tidak perlu tahu, tapi dengan terpaksa saya tuliskan disini, supaya jangan ada seorang pun di antara anda menjadi seorang yang sinis pada saudara yang berdosa atau terbuang. Supaya jangan anda mengira bahwa saya mengajarkan kesinisan ketika saya menuliskan peringatan akan dosa. Jangan ada seorang pun kiranya di antara kita yang gemar menegor, jikalau tidak ada kasih yang mendalam pada dirinya, jikalau dia tidak dapat menangis lebih dulu bagi saudaranya yang bersalah itu. Kasih, sekali lagi kasih, harus menjadi dasar dari segala perbuatan kita di dalam kehidupan ini.

Saudara...

Mari bangkitkan roh doa di dalam diri kita. Mari menjadi pendoa-pendoa syafaat bagi saudara-saudara kita, di dalam kasih Bapa.

Yesus memberi teladan bagi kita untuk mengasihi semua orang, bukan hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, tapi juga orang yang membenci kita.

Banyak orang yang membenci kita tanpa alasan, hanya karena kita seorang kristen. Atau, ada juga orang kristen yang membenci kita, karena kita belajar mengikut Yesus dengan setia, sementara hal itu bertentangan dengan pandangannya. Tetapi janganlah pernah membenci mereka, atau membalas kesinisan mereka. Sebaliknya, tunjukkan kasih dan hormatmu pada mereka.

Saudaraku yang baik...

Janganlah kiranya pernah membiarkan kebencian tumbuh di dalam hatimu pada siapapun juga. Belajarlah membangun kasih pada setiap orang. Memang kita tidak dapat mengasihi kejahatan mereka. Tapi kesadaran bahwa Tuhan kita Yesus mati untuk mereka, itulah dasar dari segala sikap hati kita untuk mereka.

Mungkin tidak kepada setiap orang kita sempat melakukan aksi kasih secara material, tetapi sorot mata kasih harus kita berikan kepada setiap orang.

Siapakah setiap orang? Apakah hanya orang-orang yang ramah dan baik pada kita? Bagaimana dengan dia yang meludahi kita? Bagaimana dengan dia yang meminjam uang kita dengan memelas, tapi setelah itu tidak pernah mengembalikannya sepeser pun? Bagaimana dengan dia yang mencuri hak-hak kita? Bagaimana dengan dia yang mengkhianati persahabatan kita? Bagaimana dengan dia yang menyebarkan cerita-cerita fitnah di luar sana tentang kita? Bagaimana dengan dia yang pernah bersumpah serapah bahkan mengutuki kita? Bagaimana dengan dia yang bahkan membunuh orang-orang terkasih kita...?

Bagaimanakah kita dapat mengasihi orang-orang seperti itu? Anda sedikitpun tidak akan dapat, jika anda tidak dapat menyangkal diri anda sampai menjadi nol. Jika anda tidak membuang segala kebanggaan-kebanggaan status sosial anda, jika anda tidak menyangkal hak-hak anda untuk memperoleh kebaikan atau penghargaan dari orang-orang di dunia ini.

Lewat buku, maupun khotbah-khotbah, banyak orang mengajar kita untuk mengejar berkat, kelimpahan, impian kekayaan, cita-cita setinggi langit, atau apa yang orang namai “Teologia American Dream.” Anda diundang menghadiri seminar, kelas-kelas motivasi mengejar impian. Saya mengakui ada beberapa kebaikan disana, serta sedikit kebenaran. Tapi semua itu justru mendorong ego anda untuk mengejar buah-buah dunia ini. Tanpa sadar, anda diajar untuk mencintai dunia. Hasilnya, ketika ternyata anda dihantam badai, anda tidak mengerti apa yang semestinya anda lakukan sebagai anak Allah, melainkan anda justru merasa dikhianati dunia, sekaligus kecewa dengan Tuhan karena Tuhan terlihat gagal membuktikan janji-Nya. Itu semua karena anda hidup di dalam ajaran yang mencari kepuasan ego, dan menganggap pencapaian sosial sebagai kebahagiaan ilahi.

Tetapi sejak sekarang, kembalilah kepada ajaran Kristus yang benar. Dia telah berkata barang siapa yang hendak mengikut Dia, haruslah menyangkal dirinya, memikul salibnya dan meneladani Dia. Itulah ajaran Tuhan kita yang benar. Renung-renungkanlah hal itu terus menerus.

Hanya dengan menyangkal diri, membungkam ego sendiri ketika di dalam dada dia bersungut-sungut oleh apapun, dan memikul salib, merelakan diri mengalami aniaya karena kebenaran Kristus, serta meneladani Yesus dalam menyikap segala persoalan hidup, hanya itulah yang membuat anda dapat mengasihi orang-orang jahat yang menganiaya anda.

Dan itulah yang dengan sempurna dilakukan oleh Yesus, sehingga dari atas salib yang menyakitkan itu, sedikitpun Ia tidak kecewa pada murid-murid-Nya yang lari sana, atau kepahitan kepada pengkhianatan Yudas Iskariot, atau marah para orang-orang Yahudi yang ada di bawah sana, yang memandangi-Nya sambil tertawa-tawa mengejek, atau jengkel kepada tentara-tentara Roma yang telah memakukan tangan dan kaki-Nya ke kayu salib tersebut. Sedikitpun tidak ada kemarahan di hati Yesus saat itu pada siapapun. Sedikitpun tidak ada kebencian. Dari atas salib itu, Ia bahkan masih membujuk-bujuk Bapa-Nya: “Bapa... ampunilah mereka semua... karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat....”

Sudahkah anda berada di jalur yang benar? Ketika anda disakiti, sudahkah anda berkata: “Bapa, ampunilah dia...”? Ataukah anda masih orang yang berkata: “Bapa.... mana janji-Mu.... mengapa Kau biarkan mereka berbuat jahat padaku... apa salahku pada-Mu, Bapa... Belalah aku orang kudus-Mu ini...”?

Satu hal perlu saya singkapkan, ketika ada orang menjahatimu, tangan Tuhan akan menjadi lawannya. Siapa menabur kejahatan, menuai murka. Siapa menabur angin, menuai badai. Tapi melepaskan pengampunan kepadanya di dalam permohonan kepada Bapa, akan meluputkan dia dari badai itu. Tuhan mengampuni orang yang anda ampuni. Jika seorang anak raja mengampuni orang yang bersalah kepadanya, bukankah raja pun tidak akan menangkap orang itu? Raja akan berkata: “Karena anakku sudah mengampunimu, pergilah dengan bebas.”

Yohanes 20:23
Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.

Saudaraku...

Berdirilah di atas kasih atas semua orang. Mungkin ada saatnya marah, mungkin ada saatnya terganggu, terpukul, kecewa, merasa sakit, dan sebagainya. Tapi ke atas perasaan-perasaan negatif tersebut siramkanlah secepat-cepatnya kasih, dan pengampunan, dan penyangkalan diri, di dalam kasih Yesus.

Jangan pernah lagi menuntut orang lain berlaku sempurna terhadapmu, berilah maklum pada kelemahan dan kekurangan mereka, tetapi engkau, didiklah dirimu sendiri untuk semakin sempurna dalam berlaku pada orang lain. Robahlah apa yang perlu engkau robah dalam prilakumu. Mungkin sopan santunmu kurang, mungkin kesabaranmu, mungkin bahasa tubuhmu, mungkin cara bicaramu pahit dan menyakitkan. Bukan untuk mencoba menyenangkan hati manusia, tapi dalam rangka pertumbuhanmu di dalam kasih Kristus, agar dalam segala kepribadianmu, engkau mempermuliakan Allah kita.

II Petrus 1 : 5-7
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

Jadilah rendah hati, belajarlah lemah lembut, mulailah menyangkal suara-suara egomu.

Berhentilah menuntut kebaikan dari orang lain. Berhentilah mengharapkan perhatian mereka, atau penghormatan, atau penghargaan, atau pujian, atau balasan kebaikan, atau kesetiaan, atau kejujuran, atau empati, atau belas kasihan atau pertolongan mereka.

Berhentilah dari mengejar semua itu dari siapapun, entah saudaramu, entah keluarga mertuamu, entah tetanggamu, entah teman seperkumpulanmu. Jika mereka memberi kebaikan-kebaikan tersebut kepada anda, anda bebas untuk menerima dengan rasa terimakasih atau menolaknya dengan santun. Tetapi ketahuilah, tidak ada upah sorgawi bagi mereka yang menerima, melainkan hanya bagi mereka yang memberi.

Jadi berikanlah kasih, perhatian, penghormatan, pujian, kebaikan, kesetiaan, kejujuran, empati, belas kasihan atau pertolongan pada setiap orang, siapapun itu, tanpa pandang bulu.

Ya, kita diajar untuk memberi, bukan untuk menuntut. Mengapa? Sebab semuanya itu telah diberikan Allah kepadamu. Anda telah menerima semua kebaikan itu dari sorga, untuk anda alirkan ke dalam dunia. Jadi sumber kita haruslah sorga, bukan dunia.

Mungkin anda berpikir: “rugi dong gua kalau seperti itu! Itu namanya dikasih hati minta jantung!” Saudara, itu hanya pikiran logika manusia. Allah tidak tunduk pda logika kita. Rancanganmu bukan rancangan-Ku, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, kata Tuhan (Yesaya 55 : 8). Jalan pikiran kita, bukanlah jalan pikiran yang dipakai Tuhan. Ia berdiri di atas firman-Nya, di atas hukum-Nya, bukan di atas teori-teori filsafat yang membentuk pola pikir manusia.

Sepanjang sejarah, tidak seorang pun anak manusia yang menjadi hancur lebur karena melangkah di atas prinsip-prinsip Allah. Ia memberkati saya ketika saya memberi, Ia semakin memberkati saya ketika saya semakin banyak memberi. Ketika saya melepaskan hak-hak saya dicuri orang lain dan memberikan pengampunan, Ia membuka pintu-pintu yang jauh lebih baik. Suatu hari istri saya kehilangan dompet di pasar. Di dompet itulah tersimpan uang belanja bulanan kami. Mestinya itu menimbulkan kepanikan, mestinya itu menimbulkan kekesalan, kejengkelan, bahkan mungkin percekcokan. Tetapi saya membawa istri saya berlutut di hadapan Allah kita, bukan untuk mengadukan nasib buruk tersebut, tetapi untuk melepaskan pengampunan dan mengucap syukur kepada-Nya, bersyukur bahwa kami Ia perkenankan mengalami masalah agar iman kami boleh berfungsi --sebab tanpa masalah, iman sama sekali tidak berguna di kehidupan sehari-hari--. Jadi kami bersyukur saja uang itu hilang. Dan hasilnya, ternyata Bapa menggantinya dalam tempo tiga atau empat hari saja. Banyak kesaksian yang bisa saya berikan, tetapi kesimpulannya adalah satu: Tuhan kita hidup, Ia memelihara dan Ia menjadi jaminan bagi kita dalam segala hal.

Hiduplah dalam prinsip-prinsip Tuhan kita tersebut, maka engkau akan mengerti bagaimana mestinya hidup di dunia yang gelap ini sebagai anak-anak Terang TUHAN, yang penuh dengan kasih dan belas kasihan.

Percayalah, ketika anda sudah tidak menuntut apa-apa lagi dari orang-orang siapa pun itu, bahkan sekedar ucapan terimakasih atau permintaan maaf sekalipun, tidak akan pernah lagi kebencian bersembunyi di dalam hatimu, dan anda akan dapat mengasihi semua orang di dasar hati anda.

Tahukah anda cara mengasihi musuh seperti yang Yesus ajarkan? Yaitu ketika di dalam hatimu tidak ada kebencian sedikitpun pada orang yang menjahatimu, bahkan engkau tetap dapat berdoa untuk kebaikannya. Jika anda tidak memiliki kebencian, ya jika hati anda bersih dari kebencian atas siapapun, sejahat apapun dia kepadamu atau kepada kelompokmu, maka engkau dipenuhi oleh kasih. Dan selanjutnya, kasih itu akan terwujud lewat perbuatan-perbuatan mulia anda ketika tiba waktunya.

Haleluyah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar