Jumat, 14 Desember 2012

SAATNYA MEMBERSIHKAN SEMAK DURI DARI KEHIDUPAN KITA


SAATNYA MEMBERSIHKAN SEMAK DURI DARI KEHIDUPAN KITA

Markus 4:18-19 
Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,
lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah

Yesus memakai perumpamaan tentang seorang penabur benih dalam menggambarkan tipe-tipe orang kristen. Salah satu tipe adalah tanah yang penuh semak duri.

Orang yang masuk kategori tanah bersemak duri, sebagaimana penjelasan Tuhan, adalah orang-orang yang mengkuatirkan dunia ini, juga orang yang dikuasai tipu daya kekayaan, juga orang yang dipenuhi keinginan atau kenikmatan daging. Kalau mau jujur, sebagian besar dari kita, orang-orang kristen, sebenarnya masuk ke dalam golongan ini.

Kekuatiran akan dunia ini

Siapa yang dimaksud orang kristen yang mengkuatirkan dunia ini? Mereka adalah orang-orang kristen yang hidupnya digelisahkan oleh keinginan memiliki apa-apa yang dipakai dunia ini untuk mengukur status sosial kita, yaitu uang, gelar, jabatan, pangkat, popularitas, dan sejenisnya. Bila anda sudah memilikinya, anda akan diperhitungkan dalam suatu komunitas. Bila anda tidak memilikinya, anda akan terpinggir dan tidak dianggap. Ketakutan terpinggirkan dan tidak dianggap inilah yang menjadi indikator seseorang itu termasuk golongan mengkuatirkan dunia atau tidak. Jika itu ada di hatimu saat ini, itu adalah semak duri.

Mungkin ada yang bertanya: kalau begitu apakah kita orang kristen tidak boleh lagi memiliki semua itu? Tentu saja boleh. Persoalannya tidak terletak pada boleh atau tidak boleh memiliki. Persoalannya terletak pada psikologi anda, pada jiwa anda. Jika di jiwa anda tidak ada keterikatan pada semua itu, mau terpinggirkan atau tidak, mau tidak masuk hitungan atau tidak, mau dipakai atau tidak, mau terkenal atau tidak, anda sama sekali tidak kuatir dan tetap dapat menikmati sukacita dalam Tuhan Yesus, maka semak duri itu tidak ada di hati anda.

Tipu daya kekayaan

Apa itu tipu daya kekayaan? Tipu daya kekayaan yang paling besar adalah kebanggaan diri, atau dalam istilah lain disebut kesombongan.

Akan tetapi kita tentu akan menolak jika disebut sombong. Bukankah kita acap memakai kata-kata seperti ini: "Bukan sombong ya, saya bisa kok beli semua rumah di blok ini." "Bukan sombong ya, harta saya tidak akan habis tujuh turunan." dan lain-lain. Kita menyebutnya bukan kesombongan, karena memang benar kita mampu melakukannya. Menurut kita, kesombongan adalah apabila kita berkoar tapi sesungguhnya tidak mampu. Akan tetapi meskipun anda mengira bahwa itu bukan kesombongan, pada kenyataannya adalah anda bangga akan diri anda. Kebanggaan diri ini adalah inti atom dari kesombongan. Jika anda memilikinya di hatimu, itu semak duri.

Ini tidak hanya meliputi kekayaan materi semata-mata. Tapi termasuk juga kekayaan-kekayaan yang lain seperti kecantikan, kemampuan, kecakapan, kelebihan-kelebihan rohani, bahkan pula talenta yang dari Tuhan. Kebanggaan diri anda karena memiliki semua itu adalah semak duri.

Tuhan mengajar kita untuk senantiasa merendahkan diri di hadapan manusia dan di hadapan Tuhan. Tuhan mengajar kita untuk hanya mempermuliakan Dia dalam segala hal, termasuk dalam segala kecakapan dan kemampuan kita. Sekalpun anda benar-benar mampu, di hati anda harus kokoh tertanam bahwa semua itu adalah belas kasihan Tuhan saja.

Sudah saatnya anda mendengar firman Tuhan Yesus yang satu ini, meskipun barangkali jarang diajarkan di gereja kita:

Lukas 17:10
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.

Keinginan-keinginan akan hal yang lain

Dalam Injil Lukas, istilah ini disebutkan dengan istilah "kenikmatan hidup". Kedua-duanya berbicara tentang "kenikmatan daging" atau "kedagingan" yang biasa dipakai rasul-rasul dalam surat mereka.

Kenikmatan daging adalah segala hal yang dilakukan untuk memuaskan atau menyalurkan selera daging. Daging kita menyukai yang enak-enak. Mata kita suka memandang yang enak, yang bisa membuatnya terbelalak dan bibir kita berucap: "Waw.."

Apa yang enak dilidah adalah menggosip, obrolan-obrolan genit, canda-canda porno, dan lain sebagainya. Kalau sudah menggosip ria, lidah kita betah untuk bergoyang terus. Dua ribu kata per menit bisa keluar dari lidah kita. Apalagi kalau sambil makan kacang atau keripik. Makin sedap. Bandingkan bila kita mengobrol tentang firman Tuhan. Lidah kita akan lebih banyak diam. Jangan-jangan hanya sanggup bicara sepuluh kata per menit. Sama halnya bila kita canda-canda porno sama teman-teman di kantor. Dua jam ngakak-ngakak tidak kemana. Bandingkan bila kita membahas Alkitab. Lima belas menit rasanya hampir setahun. Semua itu memperlihatkan apa sebenarnya yang lebih disukai daging kita. Akan tetapi jika anda melayani kehendak-kehendak daging ini, itu semak duri.

Apalagi bila anda membuahi keinginan-keinginan tersebut dengan aksi: selingkuh, TTM-an, narkobaan, ke diskotik, dan lain sebagainya, maka makin terjerumuslah kita ke dalam belenggu kegelapan daging. Juga termasuk semak duri adalah kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, juga pergaulan yang buruk.

Saudara...
Bukan saya katakan ada orang yang masa lalunya bersih terus. Bukan saya katakan ada orang yang tak pernah ada semak durinya di hari kemarin. Akan tetapi yang saya katakan adalah: saatnya kita sekarang membersihkan seluruh semak duri itu dari kehidupan kita. Saatnya kita menjauhkan diri dari semua itu dan berdiam sepanjang hari di dalam hadirat Allah, dimana pun kita berada.

Bersiaplah menunggu-nunggu kedatangan Tuhan Yesus, seperti lima gadis bijaksana. Dan salah satu persiapan terpenting adalah membabat segala semak duri dari kehidupan rohani kita.

Maranatha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar