Rabu, 05 Desember 2012

PANGGIL DIA AYAHMU



PANGGIL DIA AYAHMU
Bao Panigoran
Pertama kali diterbitkan di facebook tanggal 1 September 2010

Saudara-saudaraku dalam Yesus..

Saya pernah berkata pada seseorang agar mulai memberanikan diri memanggil ALLAH kita dengan "Ayah", dan orang itu terkejut, seperti tidak terima. Anehnya, ia tetap saja berdoa dengan mengatakan "Bapa" kepada Tuhan.

Saudaraku... dalam bahasa Inggris, Ia dipanggil "Father". Jika anda membuka kamus, kata itu artinya "Ayah". Jadi seluruh orang kristen se-dunia memanggil Tuhan dengan sebutan mesra "Ayah", tapi kita tidak berani, tanpa alasan yang jelas.

Kata "Father" itu lantas diterjemahkan menjadi "Bapa" mulai ratusan tahun silam, sejak pertama kali Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kebetulan memang pada generasi itu, mayoritas penduduk memanggil ayah mereka masing-masing dengan panggilan "bapa". Waktu itu, panggilan itu sama akrabnya dengan panggilan "papa" atau "ayah" di zaman sekarang.

Tapi seiring dengan perubahan gaya bahasa masyarakat kita, istilah "bapa" itu lambat laun menjadi kurang akrab di telinga sebagian besar masyarakat. Sekarang, istilah "bapa" hanya kita dengar saat kita di gereja. Saat kita di rumah, di lingkungan bertetangga dan lingkungan lainnya, kita tidak pernah mendengar istilah itu diucapkan orang. Istilah itu terdengar asing, bernada puisi atau sastra lama yang kurang akrab.

Orang-orang sekarang bertanya:"Papamu/bapakmu/ayahmu kerja apa?" Maka kita langsung tahu bahwa yang dimaksud adalah orang tua laki-laki kita yang selama ini kita kagumi dan sangat membela kita, yang tinggal serumah dengan kita. Jarang orang bertanya: "bapa-mu kerja apa?". Pertanyaan itu mungkin akan menimbulkan kebingungan bagi si anak (siapa lagi bapa saya itu ya?).

Sebab zaman sekarang, lebih akrab kita memanggil ayah kita dengan Ayah, Papa, Papi, Bapak. Istilah-istilah itu lebih memberi kesan bahwa kita sedang memanggil orang tua kandung kita, yang akrab dengan kita. Ada kesan yang sangat dekat, saling mengenal satu sama lain, saling setia, saling pengertian, saling membela dan perasaan saling memiliki.

Dan rasa itulah yang sebenarnya hendak dibangun Tuhan kita Yesus ketika Ia meminta kita memanggil ALLAH yang maha tinggi dengan sebutan "Father" (Ayah), supaya tumbuh rasa mencintai, rasa memiliki, keinginan menjaga kepercayaan dan kerinduan yang mendalam pada Allah. Karena memang oleh kelahiran baru kita di dalam Roh-Nya, kita telah menjadi anak kandung Allah, dalam pengertian rohani. Dia Ayah kita, dan kita ini anakNya.

Saya sendiri akhir-akhir ini, terbiasa memanggil Dia dengan "Ayah" dalam doa pribadi saya. Sering saya berkata: "Ayah, Engkau melihatku saat ini... wajahMu Engkau arahkan pada anakMu ini". Hasilnya, saya merasakan keakraban yang luar biasa. Ada kecintaan yang semakin membesar kepadaNya. Dan ada komitmen yang lebih besar kepadaNya, sehingga saya mampu berkata di dalam diriku: "aku mau terus belajar membuatMu bangga, Ayah! Aku mau belajar mengabdikan hidupku untuk kebesaran namaMu".

Sejujurnya, sejak itu pula saya dimampukanNya menulis artikel-artikel yang selama ini telah anda terima itu. Dia seperti berkata dengan nada sedih di dalam roh saya: "Kebanyakan anak-anakKu di Indonesia kurang akrab denganKu". Dan itu pula tema-tema tulisan saya selama ini, jika saudara membacanya.

Panggillah Dia "Ayah", sebab itulah yang dikehendakiNya. Jika saudara lebih akrab lagi dengan kata "papa", panggillah Dia "Papa". Dia ingin engkau menjalin keakraban dan kemesraan denganNya. Jangan sangsi dan jangan takut. Jika saudara benar yakin bahwa saudara telah hidup di dalam Yesus, telah menerima Yesus dan percaya bahwa Yesuslah satu-satunya Jalan Keselamatan, maka engkau ini benar-benar anakNya.

Takut akan Allah tidak dimaksudkan engkau takut berdoa dan takut memanggilNya Ayah. Takut akan Tuhan artinya engkau setia kepadaNya, dan takut berbuat dosa.

Mungkin ketika kita memimpin doa syafaat dalam ibadah bersama, masih ada rasa sungkan untuk memanggilNya Ayah. Tapi dalam doa pribadi, beranikanlah sesekali mengganti kata "Bapa" dengan "Ayah", maka saudara akan menikmati suasana keakraban yang baru.

Immanuel! Tuhan Yesus menyertai kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar