Jumat, 14 Desember 2012

SENANTIASA MENYANGKAL DIRI (Catatan Gempa Aceh 2012)



SENANTIASA MENYANGKAL DIRI (Catatan Gempa Aceh 2012)
Pertama kali diterbitkan di akun facebook "bao panigoran" tanggal 13 April 2012

Syalom, saudara-saudaraku dalam kasih Yesus Kristus...

Pesan utama dari Tuhan Yesus bagi gereja-Nya di hari-hari terakhir ini adalah untuk bersiap-siap dalam kemurnian, sama seperti lima gadis bijaksana. Ia tidak memberitahu kapan Ia tepatnya akan datang. Tetapi dengan tegas pesan-pesan telah disampaikan ke seluruh dunia: TIDAK LAMA LAGI. Ia akan datang seperti pencuri, di saat yang tidak diduga-duga. Saya percaya tidak akan ada satu pun prediksi yang akan begitu tepat soal kedatangan-Nya. Itulah sebabnya setiap upaya membuat prediksi entah itu tahun, bulan apalagi hari sangatlah nakal dan berbahaya. Tidak satupun itu yang berasal dari ilham Roh Kudus, melainkan obsesi teologis dan kadang-kadang atas ilham musuh. Tetapi kita diperkenankan mengetahui tanda-tandanya, dan kita menyaksikan tanda-tanda yang terus menerus mengalami penggenapan.

Gempa Sumatera berpusat di Aceh kemarin (11/04/2012), memberi hentakan bagi banyak orang. Saya sedang mengikuti rapat yang dipimpin Walikota kami di aula tertutup. Seketika semua orang berhamburan keluar, menyelamatkan nyawa masing-masing, termasuk Pak Walikota. Di bawah suasana panik seperti itu, tidak ada lagi raja ataupun bawahan. Semua tinggal sebagai manusia lemah yang malang, mengharap-harapkan keselamatan. Begitu lama dan kuatnya gempa itu terasa di kota kami, kota pinggir pantai di Tapanuli ini. Tanah yang dipijak bergoyang dengan sangat keras, seolah-olah sedang berdiri di atas ayunan. Sungguh, semua orang menyadari betapa kecilnya ternyata manusia di hadapan kedasyatan Tuhan. Rasanya seperti belalang yang malang.

Sore yang tak terlupakan. Di kala gempa susulan yang tak kalah besarnya datang, kota kami tengah pula di terjang hujan badai disertai petir menyambar-nyambar, menggelegar di atas rumah-rumah. Klop-lah sudah kedasyatan ini, tinggal menunggu kemungkinan tsunami seperti peringatan BMKG. Banyak orang mulai mengelah nafas: Oh, Tuhan... oh, Tuhan...

Berhubung rumah kami terletak di tepi pantai, saya segera mengungsikan keluarga, mengikuti anjuran pemerintah. Di bawah guyuran hujan badai dan petir, kami pergi ke rumah adik saya, berbuka puasa di situ dalam suasana cukup menegangkan. Sebagaimana gemuruh hati banyak anak-anak Tuhan hari itu, saya menyadari bahwa ini adalah peringatan dan panggilan Kristus kepada gereja untuk bertobat dan mempersiapkan diri. Orang-orang boleh berspekulasi mengenai penyebab gempa bumi kemarin. Tapi adakah bencana alam terjadi di bumi dan tangan Tuhan tidak terlibat disitu?

Amos 3:6 
Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya?

Ketika keadaan sedang baik, keakuan manusia naik meninggi. Aku, aku, aku! Tetapi nyatalah bahwa si aku hanya katak dalam tempurung manakala rumah gedungnya di gonjang-ganjing gempa besar seperti kemarin. Sadarlah ia bahwa dirinya dan eksistensinya yang ia banggakan itu tak lebih dari segemgam pasir belaka, yang dengan mudahnya lenyap tak bersisa manakala badai datang. Semua orang harus kembali pada Tuhan. Semua orang harus bertekuk lutut di hadapan-Nya! 

Saudaraku...Tuhan memberikan saya peringatan tambahan. Di malam harinya saya bermimpi. Ah, sebenarnya sejak lama saya tidak pernah tertarik berbicara tentang mimpi. Itulah sebabnya saya jarang sekali berhasil mengingat mimpi-mimpi saya, kecuali beberapa termasuk malam itu.

Dalam mimpi itu, mendadak saya ditugaskan pimpinan untuk sebuah perjalanan dinas ke kota Medan. Di kalangan PNS, lebih lagi golongan staf rendah yang jarang mengalami, tugas luar kota adalah sesuatu yang menggembirakan, bahkan diharap-harapkan. Anda tahu, tugas seperti itu memberi banyak hal bagi prestise. Karena anda yang terpilih di antara banyak staf, itu akan terlihat sebagai sebuah pengakuan dari pimpinan atas prestasi anda. Tugas seperti itu juga berhubungan dengan tunjangan uang yang cukup besar, penginapan di hotel berbintang, serta kesempatan bertemu dengan orang dari banyak daerah serta pembesar-pembesar pusat, membangun koneksi lintas daerah bahkan nasional.

Meski saya tidak terlalu mengharapkan seperti itu lagi, tapi dalam mimpi itu saya cukup gembira. Pulang ke rumah untuk bersiap-siap, dan bersama istri berdoa mengucap syukur serta memohonkan penyertaan Tuhan. Kemudian, sendirian saya telah berada di sekitar stasion bis untuk berangkat. Sambil menunggu keberangkatan petang itu, tiba-tiba saya melihat seorang sepupu saya datang bersama istrinya. Dia berbicara kepada pimpinan kantor saya. Saya tidak mendengar apa yang mereka percakapkan karena saya tidak ikut disitu, tapi dalam mimpi itu saya tahu menahu. Sepupu saya itu berbicara dan membujuk-bujuk supaya dia ditugaskan dalam sebuah perjalanan dinas. Saya heran pada sepupu saya itu karena hal itu tak masuk akal, soalnya dia bekerja di Pemda daerah lain. Segera mereka lenyap.

Saya masih menunggu keberangkatan, tiba-tiba istri pimpinan saya datang. Saya heran, sebab dia bukan PNS dan kami tidak pernah saling berbicara. Dia membawa pesan dan sepucuk surat dari pimpinan. Pesan itu, pimpinan membatalkan keberangkatan saya, karena telah menunjuk orang lain untuk menggantikan, yaitu sepupu saya yang tadi. Dalam suratnya, sama sekali tidak ada kesan penyesalan apalagi permintaan maaf, justru sebuah tekanan untuk patuh. 

Saya menjadi sedih dan sangat kecewa pada pimpinan karena merasa dipermainkan, teringat pada istri di rumah yang telah melepas kepergian saya, dan lebih lagi kepahitan pada sepupu saya itu. Bukankah kami selama ini saling mengasihi dan menghormati? Mengapa dia tega memotong saya, padahal dia pasti tahu sayalah yang telah ditunjuk untuk berangkat? Dengan perasaan letih, saya keluar dan berharap ketemu pimpinan agar saya bisa bertanya penjelasannya.

Saat melangkah gontai itulah saya terbangun. Pertama-tama yang saya lihat adalah istri saya yang masih terlelap di sebelah, dan segera tersadar bahwa saya hanya bermimpi. Badan saya benar-benar letih dan perasaan saya terasa berat oleh mimpi itu. Saya melihat jam di handpone, pukul 04.30 WIB. Saya duduk dan termangu-mangu oleh mimpi itu, dan berbisik kepada Yesus: “Mimpi apa ini Tuhan..?”

Sekonyong-konyong hati saya dipenuhi perkataan-perkataan seperti ini: “Benarkah engkau sungguh-sungguh sudah rela kehilangan dunia ini untuk Aku? Benarkah kamu tidak terguncang ketika hak-hakmu di dunia ini diambil bahkan dengan cara paling pahit sekalipun, adakah engkau akan tetap tinggal dalam sukacita surgawi?”

Yang pertama-tama saya sadari adalah bahwa ini sebuah peringatan dari Tuhan Yesus kepada semua orang yang dikasihi-Nya, termasuk anda dan saya. Berikutnya saya teringat pada tulisan-tulisan saya mengenai penyangkalan diri, dan instrospeksi benarkah saya sendiri sudah teguh melakukannya. Melalui mimpi saya itu, Tuhan sedang meneguhkan peringatan-Nya ini: 

Lukas 14:33 
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Koreksilah diri anda saat ini, saudaraku. Sudahkah hati anda terlepas dari segala hal yang anda miliki di dunia ini? Uang, harta, kesempatan emas, nama, penghormatan, popularitas, bahkan keluarga?

Sudahkah Yesus menjadi yang terutama dalam hidup anda, ataukah itu masih sekedar klaim kosong?

Kita harus kedapatan murni di hadapan Tuhan. Kita harus menjadi tawanan Roh. Kita harus: hidupku bukannya aku lagi melainkan Yesus di dalam aku, dalam kenyataan yang sebenarnya. Kita harus benar-benar menjadi nol. Tanpa mati dalam kedirian, sungguh kita tidak layak bagi Tuhan.

Paulus mengharapkan benar agar jemaat yang diinjilinya mau meneladani dirinya dalam mengikut Tuhan. 

Filipi 3:17
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.

Akan tetapi hari ini perkataan Paulus ini banyak diselewengkan para pimpinan untuk mengejar pengkultusan diri sendiri, kedagingan. Mereka memakainya kepada jemaat, tanpa memahami seperti apa Paulus telah hidup.

Tahukah anda berapa banyak gereja yang telah Paulus buka dan gembalakan di seluruh dunia? Kita tidak tahu jumlah yang pasti, tapi kita tahu sangat banyak. Dan ia memenangkan sebuah kota bukan dalam hitungan kecil, melainkan seringkali sampai meresahkan seluruh kota. Tahukah anda bahwa besar sekali kemungkinan banyak di antara jemaat-jemaat seluruh dunia itu yang berasal dari kalangan kaya raya? Tapi inilah teladan pertama dari Paulus: ia sama sekali tidak mengambil apapun dari jemaat itu, entah perpuluhan,entah persembahan kasih. Bahkan untuk keperluan hidupnya saja, ia masih harus mencari sendiri. Ia menjahit tenda dan menjualnya ke pasar, agar ia bisa makan. Padahal jika kita coba berhitung-hitung, betapa mudahnya Paulus menjadi pendeta yang kaya raya, memiliki markas besar megah di kota tertentu, dan tentu saja akan sangat mudah baginya memperoleh fasilitas-fasilitas transportasi zaman itu seperti kapal layar sendiri. Bagaimana dengan pendeta-pendeta keliling dunia hari ini? Berapa banyak yang pulang dari satu kota membawa persembahan kasih serta perpuluhan melimpah ruah? Berapa banyak yang memfasilitasi dirinya dengan jet pribadi, mobil mewah dari beragam merek dan fasilitas-fasilitas lainnya? Paulus sama sekali tidak memikirkan dirinya sendiri lagi, kepentingan-kepentingannya, pakaian dan fasilitas-fasilitasnya, itulah yang ia lakukan, dan itulah yang ia serukan agar kita tiru!

Juga ingatkah anda bahwa Paulus tidak mengambil istri? Menurut anda, apakah Paulus bukan seorang pria normal? Ia pria yang normal. Dan anda tahu, seorang pria normal secara alamiah umumnya memiliki hasrat seksual yang lebih tinggi dari perempuan. Saya percaya, Paulus juga memiliki apa yang dikandung oleh tubuh kita hari ini. Tetapi Paulus mengabaikan semua itu. Ia menyangkal dirinya terus menerus. Ia tidak mempedulikan dirinya lagi. Ia tidak memperjuangkan kepentingan-kepentingan jasmani dan sosialnya lagi. Itulah sebabnya ia tidak omong kosong ketika ia menulis ini: 

Galatia 2:20 
Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. 

Paulus telah menjadi nol dalam segala hal bagi Kristus. Dan ia menuliskan ini bagi anda:

I Korintus 4:16 
Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!

Tetapi anda dan saya tidak dapat meneladani Paulus dalam mengikut Yesus tanpa menyangkal diri, sebagaimana yang Tuhan katakan sendiri.

Matius 16:24 
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia HARUS menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku".

Orang-orang berjalan di dunia ini di dalam perasaan hebat, perasaan nyaman, perasaan penting, perasaan berprestasi, karena sesuatu yang mereka miliki.

Sesungguhnya segala pangkat, segala gelar kesarjanaan serta prestasi pendidikan, segala pujian, penghargaan-penghargaan kehormatan, jumlah penggemar, elu-eluan, segala piagam dan piala, segala jabatan, harta kekayaan, gelar-gelar gerejawi seperti pendeta, pastor, uskup, diaken, eporus, paus, sintua, atau apapun... semuanya itu SIA-SIA. Apa saja yang kita miliki di dunia ini adalah sia-sia, tidak menyelamatkan, bahkan seringkali mempersulit diri kita sendiri di hadapan Allah.

Semua yang ada di dunia ini justru mendongkrak keakuan manusia. Tapi orang yang berkenan kepada TUHAN hanyalah mereka bertekuk lutut di hadapanNya dan berkata: "Tanpa belas kasihanMu, aku ini hanyalah sepotong kayu bakar di neraka. BagiMu lah segala hormat dan kekaguman, Tuanku Raja. Segala hidupku adalah milikMu dan untuk kemuliaan namaMu yang ajaib: YESUS KRISTUS Juruselamatku."

Penyangkalan diri di hadapan Tuhan adalah mutlak kita kerjakan. Kalaupun kita memiliki banyak, biarlah semuanya itu kita persembahkan untuk Tuhan, kita perlakukan sebagai milik Tuhan. Biarlah kita katakan kepada apa yang
kita miliki itu: “Jikalau aku tidak mempermuliakan Allah dengan semua ini, maka semua ini adalah sampah dan beban berat bagi pundakku.”

Sukacita kita adalah karena hubungan kasih mesra dengan Bapa, bukan di dalam daging oleh kemampuan finansial. Kita tidak terobsesi lagi pada prestasi apapun di muka bumi, tetapi obsesi kita ialah menyukakan hati Bapa di dalam seluruh kehidupan kita.

Orang-orang mengagumi Daud karena dia sukses, dia hebat, dia menang, dia besar, dia diberkati Tuhan. Tapi mereka tidak mengenal pribadi Daud yang sebenarnya. Ada sebuah kesaksian anak Tuhan yang dibawa ke surga, bertemu dengan Tuhan Yesus, malaikat-malaikat, dan beberapa nama besar, salah satunya Daud. Tentu saja anak Tuhan ini sangat gembira bertemu Daud, karena Daud adalah nama yang sangat menggetarkan sepanjang sejarah. Bagaimana tidak, Kerajaan Tuhan Yesus dinamai dengan namanya: Tahta Daud. Bagaimana jika Kerajaan Tuhan dinamai dengan nama anda? Hanya Daud yang memperoleh anugrah kehormatan yang luar biasa itu. Akan tetapi ketika anak Tuhan ini bertanya pada Daud, hanya satu yang Daud katakan: “Aku sama sekali tidak pantas berada disini, hanya karena belas kasihan saja..”

Apakah anda merasa pantas berada di surga, karena hal-hal yang anda miliki, raih atau telah kerjakan? 

Daud adalah seorang yang menyangkal dirinya selama ia ada di bumi. Meskipun ia raja, tapi ia tidak menikmatinya di dalam kesenangan daging maupun kebanggaan ego. Suatu hari ia menikmatinya. Ia terpikir untuk menghitung jumlah bangsa Israel. Di dalam hatinya ia berkata: “Ah, aku sudah banyak berlelah untuk bangsa ini. Dan aku senang karena semua sudah tenang, negara aman, ada kemajuan. Aku ingin tahu berapa jumlah bangsa Israel seluruhnya..” Daud ingin menikmati kebanggaan dirinya. Hasilnya: murka Allah!

Bangsa Israel kena hukum, dan Daud kena teguran keras oleh Allah. Puji Tuhan, Daud tersadar dan bertobat. Ia tentunya menyoyak jubah kerajaannya, melemparkan mahkotanya, dan masuk ke dalam debu, dengan hati yang hancur, meremas-remas debu tanah dan menaburi kepalanya dengan itu: “Ampuni aku Allahku... aku tidak tahu diri... aku pandir.. aku sombong... aku lupa bahwa aku ini hanyalah orang yang memperoleh belas kasihanMu... tanpa belas kasihanMu, aku ini tak lebih dari debu tanah..”

Daud adalah seorang yang senantiasa tersungkur di bawah kaki Tuhan. Hatinya meluap-luap senantiasa di dalam Roh, dan sampai ia tua, ia tetap saja menari-nari di hadapan Allah di dalam kamarnya ketika ia memuji-Nya. Itulah yang dimiliki Daud di mata Allah. Saudara, apakah anda sudah memiliki hati seperti Daud?

Allah mengagumi seseorang bukan karena apa yang Ia berikan pada orang itu. Apa yang Ia berikan untuk orang? Ini: berkat, harta, kehormatan, promosi, posisi-posisi penting, prestasi, kuasa mukzizat, penyertaan, patok-patok kemah yang makin melebar ke kiri ke kanan, dan lain sebagainya. Manusia mungkin terkagum-kagum ketika kau memiliki semua itu, tetapi Allah sedikitpun tidak, sebab semua itu milik-Nya dan berasal dari-Nya. Kalau saya adalah karyawan anda, masakan anda kagum karena sekarang saya memiliki mobil padahal mobil itu pemberian anda sendiri? Ketika anda melihat saya mulai tampak pongah, bangga diri serta berprilaku layaknya selebritis di hadapan orang-orang lain, justru anda akan mulai tidak suka pada saya, bukankah begitu? Allah mulai tidak suka padamu ketika engkau mulai memperlihatkan kebanggaan diri oleh semua berkat, promosi, nama besar, popularitas dan kuat kuasa yang Ia berikan padamu itu. Tetapi apa yang mengagumkan Allah dari manusia? Yaitu hati, seperti yang Daud miliki. Ketika anda senantiasa tersungkur di hadapan-Nya, ketika anda senantiasa berlutut mencium lantai di hadapan-Nya, ketika anda senantiasa menyangkal diri dan berkata: “Bapa, Engkaulah kuatku..!”

Saya mau kita semua menyadari, bahwa tidak satupun di antara kita akan berada di surga karena kemuliaan kita di dunia ini. Berapapun hartamu, nama besarmu, jasa-jasamu, pengaruhmu, semua itu masih tetap seharga kain kotor di mata Allah. 

Hanya Allah! Hanya kasih karunia-Nya! Hanya belas kasihan-Nya! Hanya pengorbanan Yesus! Itulah satu-satunya alasan mengapa seseorang berada di surga.

Jangan dipesonakan oleh nama besar, oleh jumlah uang, oleh ukuran-ukuran apapun yang dikenal dunia ini. Sedikitpun Yesus tidak terpesona dengan apa yang dimiliki manusia. Sadarlah bahwa berapapun jumlah mahkota penghargaan dan berapapun gunung emas yang dimiliki seseorang, bahkan debu kakinya pun akan ia tinggalkan ketika ia mati. Seperti Ayub berkata, dengan telanjang ia datang, dengan telanjang ia akan pergi dari bumi ini.

Saudaraku kekasih dalam nama Yesus...
Marilah sejak hari ini senantiasa menyangkal diri di hadapan Allah. Sangkallah segala yang engkau miliki. Sangkallah kemuliaanmu di mata manusia. Hitunglah pujian manusia sebagai caci maki, hitunglah segala elu-eluan sebagai tamparan keras di wajahmu. Beritahukan dirimu bahwa engkau ini hanyalah hamba yang tidak berguna jika bukan karena belas kasihan Tuhan. Jangan lihat dirimu, tapi lihatlah wajah Yesus.

Belajarlah untuk berlutut dan bersujud di lantai di hadapan Bapa dalam doa pribadimu, sebesar apapun engkau ini kata orang di luar sana. Campakkan segala kebanggaan dari dasar hatimu. Nyatakan bahwa engkau ini nol dan sudah mati. Namamu tidak berguna, kosong, hampa. Belajarlah untuk berkata-kata semacam ini kepada-Nya: 

“Bapa, aku ini hanyalah debu tanah, yang tidak berharga jikalau bukan karena Engkau memandangnya berharga, yang tidak layak jikalau bukan karena Engkau layakkan. Tidak ada yang baik yang berasal dari aku, tapi semua kebaikan itu berasal dari Roh-Mu. Aku ini si pandir yang telanjang di alam roh jikalau bukan karena Engkau sendiri yang memberiku pakaian. Tidak ada satupun pekerjaan tanganku yang menyebabkan semua itu, hanya oleh kasih-Mu saja kepadaku. Seluruh buah tanganku tidak lebih dari secarik kain kotor di hadapan-Mu yang Mata Tinggi. Siapakah seperti Engkau? Siapakah yang dihitung layak berdiri dengan bangga di hadapan-Mu? Tidakkah semua adalah ciptaan-Mu? Hanya kasih-Mu sajalah yang membuat aku bersukacita, bahwa Engkau memandang aku berharga dan layak memanggil-Mu Bapa, karena kasih karunia Yesus Kristus, Anak-Mu yang tunggal, Juruselamatku yang hidup.”

Sungguh, anda harus melepaskan dirimu dari segala sesuatu yang kau miliki hari ini. Dengan telanjang engkau datang di bumi ini, dengan telanjang pula engkau akan kembali, akan tetapi malaikat-malaikat akan memberimu pakaian putih bercahaya sebagai jubah surgamu, jika engkau layak menerimanya.

Tuhan akan segera datang. Dan mereka yang tidak rela kehilangan dunia ini dan segala hal yang ia punyai, tidak akan ikut bersama-Nya di awan-awan permai. Penyangkalan diri itu sungguh mendesak untuk kita lakukan, sejak hari ini sampai maranatha.

Yesus mengasihi kita, sekarang dan selama-lamanya. Amen.

2 komentar:

  1. Amin...! Sangat Memberkati! Selamat Dek! Hebat sekali renungan2nya. Tuhan Menyertai dan Memberkati Pelayananmu..

    BalasHapus
  2. Bravo! Segala pujian dan hormat hanya bagi TUHAN YESUS ditempat yang maha tinggi. Amen

    BalasHapus